Jumat, 17 Januari 2014

Perokok dan Bukan Perokok Sama Boros

     Saat ini musim hujan, dan dimana-mana banjir. Bukan cuma di Nusantara ini, tapi banjir juga terjadi di luar negri. Aku tahu di luar negri banjir bukan berarti aku pernah kesana, tapi aku tahu melalui berita digital yang aku baca dari gadgetku. Hanya cukup menggerakan jempol sudah bisa mengetahui apa yang terjadi diseluruh dunia. Sebelum melanjutkan membaca tulisan ini alangkah baiknya kita mendoakan agar mereka diberi kesabaran dan tak ada korban jiwa.

     Di luar yang dingin karena hujan membuatku ingin menulis. Ini blog baruku, sebenarnya aku sudah ada blog berhubung blognya acak-acakan tidak jelas entah seperti apa bentuknya. Akhirnya ku putuskan untuk buat blog baru yang pasti blog ini akan lebih berantakan dari blog-blog sebelumnya. Tapi kamu harus maklum karena sesuai judul blog aku menulisnya sambil ngelindur. Okelah masuk pembahasan, dimulai dari "NOL" ya pak.

     Sekarang jamannya sosmed sebutan sosial media. Aku yakin kamu pasti juga punya akun salah satu akun sosial media, entah itu Facebook, twitter, bloger atau yang lainnya. Atau jangan-jangan punya dua, tiga atau mungkin semua. Para user FB atau blog pasti banyak menemui cerita-cerita lucu. Dari sekian banyak cerita lucu yang ada. Ada satu cerita yang buatku tertawa sekaligus berfikir. Mungkin kamu juga pernah membacanya, kurang lebih ceritanya seperti ini :

Ada dua orang di halte yang tengah menunggu bis atau angkot, yang satu perokok yang satu tidak. Sang perokok yang sedang merokok menawari rokok ke pria yang tidak merokok tadi. Hingga terjadilah dialog diantara mereka.

P   : Perokok yang masih muda.
B  : Bukan Perokok separuh baya.

P  : Mau rokok Pak?
B  : Tidak merokok mas, terima kasih.
P  : Oh ya sudah pak.
B  : Mas merokok habis berapa mas sehari?
P  : yah ga tentu, sekitar sebungkus lah.
B  : emang rokok sebungkus harganya berapa?
P  : sebungkus 12 ribu rupiah pak.
B  : coba mas bayangkan, mas merokok 1 bungkus sehari. 1 tahun ada 365 hari. Jadi mas dalam 1 tahun menghabiskan uang 12ribu x 365 = 4.380.000 rupiah mas.
P  : .... (diam)
B  : Itu 1 tahun mas, kalo 20 tahun mas merokok menghabiskan uang 4.380.000 x 20 = 87.600.000 rupiah mas.
P  : .... (diam)
B  : Woow ...!! (dengan muka senang seakan menang lotre), dalam 20 tahun duit merokok mas bisa membeli mobil.
P  : Terus mobil bapak mana???.
B  : .................. (diam)

     Dari cerita di atas menurutku sangat lucu ini bukan karena aku juga perokok, tapi bayangkan saja si bapak yang menjelaskan panjang lebar langsung di skak match. Dari kelucuan yang aku dapat, juga memaksaku untuk berfikir. Coba lihat penjelasan si bapak tadi itu sangat masuk akal sekali dengan uang yang kita hamburkan itu bisa ngumpul banyak seandainya kita tabung. Terus kenapa yang tidak merokok tidak seperti apa yang di perhitungkan si bapak.

     Disinilah hasil opiniku saat ngelindur dan aku tulis disini. Ternyata rokok bukan hanya berefek boros bagi perokok namun yang tidak merokokpun terkena imbasnya. Disini bukan membahas dari segi kesehatan tapi dari segi keuangan. Tapi pada nyatanya banyak perokok ataupun tidak yang kaya, begitupun sebaliknya banyak perokok ataupun tidak yang hidupnya pas-pasan. Yang aku bahas yang pas-pasan,jadi gimana bisa dengan penghasilan sama atau tak jauh beda tapi tetep boros padahal bukan perokok. Sebagai mahkluk sosial pasti kita harus atau mau tak mau harus bersosialisasi. Dari sosialisasi itu bertemu berbagai macam orang dari yang baik, jahat, ramah, keras, perokok, bukan perokok, dll.

     Opini ini hasil dari kehidupanku sendiri jadi kalo opini kamu berbeda ya wajar kehidupan kita kan berbeda. Sekarang kenapa bisa ya!. ya saat nongkrong atau kegiatan ngumpul bersama teman selalu kejumpai salah satu atau sebagian teman yang tidak merokok. Baik teman nongkrong, sekolah, atau teman rumah. Misal temanku yang tak merokok tadi kita sebut saja namanya Budi. Tempat favorit aku sebagai perokok pastilah warung kopi. Jadi mau tak mau si Budipun ikut nongkrong, tapi bisa saja dia ga ikut kalo dia ingin disebut pemberontak. Saat nongkrong pastilah aku dan teman-teman memesan kopi termasuk si budi. Ya yang namanya nongkrong pasti ngobrol ngalur ngidul sambil ngerokok. Disinilah hebatnya perokok saat sedang merokok jarang sekali ingin makan-makan atau nyemil apalagi saat asik ngobrol. Bahkan hampir semua perokok saat nongkrong andai disuruh memilih makanan atau pilih rokok, 98% perokok lebih milih rokok. Karena saat ngobrol atau nongkrong akan hambar rasanya tanpa rokok bagi perokok. Nongkrong 2-3 jam rata-rata atau normalnya perokok menghabiskan 3-4 batang. Jadi saat nongkrong hanya menghabiskan  4 x 1.000 =  4.000 untuk rokok ditambah 1.500 untuk kopi, yah 5.500 untuk perokok. Sekarang bagaimana nasib yang tidak merokok?, atau temen saya yang kita sebut si budi tadi. Ya namanya nongkrong dari pengalamanku tipe kayak si budi ini suka jajan untuk pengganti rokok. Misalkan pengalamanku yang suka nongkrong di warkop yang menjual aneka makanan. Ada mie ayam, nasi kucing, nasi goreng, dll. Teman saya si budi suka memesan makanan, kami perokok saat sudah memegang rokok lebih kuat iman saat melihat makanan jadi ga kepengen. Jadi berapa yang harus dikeluarkan yang bukan perokok atau si Budi?, mie ayam / makanan  5.000 ditambah gorangan / kerupuk 1.000 sekali makan 6.000 . Saat melajutkan ngobrol sering sekali sambil nyemil gorengan / kerupuk 1.000 jadi jumlah 7.000 belum lagi kopi / minuman yang dipesan 1.500 . total yang dihabiskan 8.500 rupiah. Bandingkan perokok 5.500 rupiah dan bukan perokok 8.500 rupiah.

     Padahal yang aku jelaskan tadi adalah nongkrong di warkop yang bisa di kategorikan irit kantong. Bagaimana seandainya nongkrong di tempat yang lebih berkelas sedikit. Seperti pengalamanku saja, nongkrong di cafe kecil terbuka yang membolehkan merokok. Sebenarnya yang aku pesan sama kopi namun karena tempatnya cafe yang bersih harganya berbeda jadi 3.000 . perokok sedikit beruntung karena rokok tetap harga normal karena sudah bawa sendiri, jadi total nongkong habis minuman ditambah rokok 4 batang total 7.000 rupiah bagi perokok. Nah sekarang bagaimana nasib si Budi atau bukan perokok tadi. Meski yang di pesan sama namun harga sangat lah berbeda jauh. Oke mari kita hitung, dia memesan mie / makanan kalau dalam cafe kecil pengalaman satu porsi rata-rata 10.000 itu menu biasa ditambah krupuk harga tetep sama 1.000 cuma namanya cafe isinya agak sedikit. Jadi 11.000 sekali makan ditambah krupuk 1.000 buat ngobrol dan minumannya 3.000 habislah 15.000 si Budi. Bandingkan 7.000 rupiah untuk perokok dan 15.000 rupiah bagi si Budi atau bukan perokok. Padahal itu hanya cafe kecil bagaimana dengan tempat nongkrong yang lebih berkelas lagi? bisa dibayangkan bukan!. Itulah kenapa temen saya si Budi atau yang bukan perokok saat budget tipis agak susah kalo di ajak nongkrong ke warkop atau tempat-tempat makanan. Apalagi kalo budget hanya cukup untuk minuman, si Budi lebih memilih untuk pulang dengan berbagai alasan. Sedangkan perokok walau budget hanya untuk kopi nongkrong tenang rokok bisa minta atau dikasih. Bahkan tanpa budget kopipun bisa joinan dan rokok dikasih. Nah bagaimana si Budi? minta rokok ga mungkin karena bukan perokok, apalagi ampe minta dibayarin makan dan minuman pastilah si Budi malu atau tak enak hati.

     Demikian lah "opini" tentang kenapa perokok dan bukan perokok tetep boros. Yah maaf kalo salah atau ngaco namanya juga opini apalagi sambil ngelindur. Jadi bagi yang bukan perokok ingin kayak seperti apa yang bapak-bapak bilang dalam cerita. Kuatkanlah imanmu lebih-lebih kalau bisa tidak keluar rumah, ataupun kalau keluar rumah pas ada perlunya. Bisa diprediksi kamu akan punya mobil dalam 20 tahun ke depan. Tapi ingat jangan sombong ya, nanti kalau jalan-jalan aku ikut. :)

4 komentar:

  1. bagi saya merokok atau tidak merokok adalah sebuah pilihan.. dan saya bangga dengan pilihanku saat ini "Tidak Merokok" :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bagus bro, saya pilih perokok tapi bisa saja ntar jadi tidak perokok :D

      Hapus
    2. bagus bro, saya pilih perokok tapi bisa saja ntar jadi tidak perokok :D

      Hapus