Kamis, 03 Juli 2014

Tak Ingin Lagi #CERMIN

Hadiah #CERMIN Bentan Pustaka
Seperti biasa setiap hari sabtu Bentang Pustaka selalu mengadakan #CERMIN cerita mini maksimal 200 kata diakun twitternya @bentangpustaka. Tepat pada 30 juni 2014 kemarin salah satu hari bersejarah buat aku. Aku menang dalam #Cermin Bentang Pustaka 28 juni 2014.

Mungkin sedikit lebay tapi sungguh rasanya itu aneh, senang dan gak nyangka. Secara selama ini aku selalu belajar membuat cerita fiksi mulai dari baca-baca buku atau baca karya teman-teman dunia maya sampai mencoba sendiri hingga dapat kritik dan saran. Akhirnya beranikan diri untuk mencoba kuis menulis dan cermin pertamaku menang.

Tapi aku masih curiga jangan-jangan memang gak ada peserta lain yang ikut. Tapi sudahlah yang penting aku senang dan semakin semangat untuk terus mencoba membuat cerita lebih bagus lagi. Ini cerminku silahkan membaca ditunggu kritikan dan sarannya.


Tak Ingin Lagi

Setiap fajar hingga menjalang matahari terbit, di bibir pantai selalu berdiri sesosok wanita setengah baya. Sebuah penantian yang sudah berbulan-bulan ia lakukan.

Hari ini ia datang lagi, wajah kusut yang hanya dibasuh dengan air wudhu sebelum tahajud. Doa yang sama selalu diselipkan dalam ibadah malamnya. Anak laki-laki semata wayangnya berada di belakang. Ternyata tanpa sepengetahuannya sang anak mengikutinya.

"Tak akan pernah pulang bu" suara yang telah mengagetkannya. Wanita itupun menoleh kebelakang dimana suara itu berasal. "Kenapa kau bicara seperti itu nak?" tanyanya.

Sang anak kini berdiri tepat di sampingnya "ayah tak mungkin kuat berenang jauh dari sana" jawab anak dengan pandangan melihat ke tengah lautan. Ibu hanya terdiam tak mengerti mendengar jawaban anaknya.

"Malam dimana ayah hendak pergi berlayar mencari ikan aku mengambil pisau itu dan kulubangi kapalnya. Lalu kubuang pisau itu ke laut" kata sang anak seraya mengarahkan telunjuknya ke arah laut seolah-olah menunjukan dimana ia membuang pisaunya.

"Aku tak ingin melihat pisau itu lagi. Aku tak ingin melihat ayah lagi. Aku tak ingin mendengar jeritan ibu lagi. Aku tak ingin tubuh ibu penuh luka" terang sang anak penuh tangis memeluk ibunya.