Jumat, 20 Juni 2014

Aku Ingin ke Lokalisasi Lagi

Beberapa waktu lalu tepatnya pada tanggal 16 Juni 2014 para pengguna sosial media gempar karena sebuah sejarah baru tercipta. Sebuah tempat prostitusi terbesar seASEAN yang sering disebut gang Dolly, kabarnya sudah berdiri sejak jaman Belanda itu telah ditutup. Hebatnya yang menutup lokalisasi itu adalah seorang wanita walikota Surabaya yang kerap disapa bu Risma.

Hal ini disambut gembira oleh seluruh masyarakat Indonesia hingga menjadi perbincangan hangat disosial media dan media televisi. Namun tak sedikit pula yang kontra. Alasannya sangat banyak dan cukup masuk akal. Dari para warga dan pekerja Dolly yang menggantungkan hidupnya dari lokalisasi bisa berbuat kriminal jika tak dapat kerjaan baru. Lalu dari pelanggan para lelaki yang haus seks bisa melampiaskan nafsunya ke siapa saja atau potensi pemerkosaan. Karena tak bisa menahan nafsunya dan tempat menyalurkan nafsunya ditutup akhirnya bisa khilaf. Semoga perkiraan dampak buruk itu tak terjadi.

Terlepas dari keriuhan berita tentang gang Dolly ada yang selalu terlintas diingatanku ketika mendengar kata lokalisasi. Aku mempunyai sedikit cerita yang menyenangkan tentang lokalisasi. Cerita yang tak lama namun cukup asik bagiku.

Dulu aku selalu menghabiskan waktu di lokalisasi. Kadang aku datang ke lokalisasi waktu malam atau siang hari. Karena kontrakanku di lokalisasi. Sebuah lokalisasi kecil yang kira-kira hanya sekitar 10 wanita setiap malamnya. Kamarnya hanya berjarak sekitar 5 atau 6 kontrakan kecil dari kontrakanku.

Pangkalan wanita malam itu di depan gang. Jadi ketika mereka dapat pelanggan mereka mengajaknya ke kamar dan selalu melewati kontrakanku. Aku selalu melihat mereka setiap malam saat melintas karena aku sering ngopi di warung samping rumah. Namun tak ada satupun yang aku kenal walau wajahnya sudah hafal, hanya bertegur sapa saat mereka meminjam korek. Jangankan mereka sampai sekarang aku masih ga kenal sama beberapa tetanggaku. Kadang aku merasa aku itu aneh, sering ngobrol tapi tak tahu namanya.

Pangkalan yang dipakai wanita penghibur saat malam hari ketika subuh juga dipakai ngetem gerobak sayur bapakku saat dia belanja ke pasar. Uniknya tepat depan kontrakanku itu adalah gereja Dan samping gereja itu masjid. Jadi ketika ada ibadah malam di gereja kalau tidak salah tiap malam minggu dan malam senin mereka yang ingin ke gereja melewati para wanita malam itu. Karena pangkalan wanita malam itu di jalanan depan gereja. Dan yang ingin salat isyakpun juga harus melewati wanita malam itu. Semua saling bertegur sapa untuk numpang lewat. Bagi yang tahu pasar Kranji Baru pasti tahu.

Pemandangan orang mabuk, wanita malam dengan pelangganya, orang yang mencari rizki ke pasar, orang beribadah ke geraja, orang beribadah ke masjid, dan lain-lain selalu kulihat setiap malamnya. Hidup damai dan menyenangkan. Tak ada keributan disana tidak seperti apa yang sering kutemui disosial mediaku semua ingin rusuh saling tuding. Paling kriminalitas disitu yang sering terjadi adalah pencurian. Pernah jemuran lupa dimasukin malam-malam 2 celana jinsku lenyap padahal masih basah.

Tapi yang masih belom aku tahu sampai saat ini adalah tarif wanita malam itu. Aku pernah nanya bapak, katanya 100.000 dapat. Yah maklum ini lokalisasi ecek-ecek tak seperti di Dolly yang kabarnya bisa jutaan. Tapi saat ramai satu wanita malam bisa bolak balik ke kamar dengan 5 pelanggan berbeda dalam 1 jam. Cukup lumayan tapi kata bapak orang-orang bilang itu masih harus dipotong jatah preman.

Masih sering aku menemui orang-orang menganggap lingkungan lokalisasi dan orang sekitarnya itu kotor. Percayalah, aktivitas warga sekitar lokalisasi siang dan malam sama seperti apa yang dilakukan warga biasa. Siang berkeja, malam bercanda, ngobrol sama tegangga, main catur, anak-anak lari-larian dan lain-lain. Para wanita malam dan pelanggan itu malah bukan warga sekitar, entah darimana datangnya. Mereka ada ketika menjelang isyak. Jadi warga beraktivitas seperti biasa dan wanita malam dan pelanggannyapun begitu. Tak saling ganggu aktivitas masing-masing.

Semoga aku bisa kesana lagi. Sebuah kedamaian dalam perbedaan yang sangat berbeda. Keluargaku juga disana terutama aku belum bertemu dengan adek baruku. Ah, aku sangat merindukannya.