Jumat, 31 Januari 2014

Kenapa Harus Dicari?

     Beberapa bulan yang lalu orangtuaku bertengkar hebat. Suara pecahan piring dan gebrakan meja terdengar berulang kali. Aku hanya diam di kamarku, seolah-olah aku tak mendengar semuanya. Semua merasa benar dan menganggap salah satu sama lain. Aku berdoa agar kata maaf terucap dari mulut salah satunya. Sesekali aku mengintip dari lubang kunci, tamparan dan pukulan tangan dilayangkan bergantian.

     Satu minggu kemudian orangtuaku bercerai, ayahku pergi keluar kota karena urusan pekerjaan dan mamaku pergi ke rumah kakaknya yang ada di Kalimantan. Aku tak tahu apa mereka akan kembali ke rumah ini atau melupakan apa yang ada di sini untuk melupakan apa yang telah terjadi.

     Sekarang aku tinggal di rumah nenekku. Nenek yang membawaku untuk tinggal bersamanya. Dia adalah ibu dari ayah yang telah lama menjanda. Jadi kami hanya tinggal berdua disini.

     Satu minggu sudah aku tak keluar dari rumah. Waktuku lebih banyak ku habiskan berdiam diri di kamar untuk merenungi kesepian tanpa adanya orangtua. Sesekali keluar kamar untuk makan dan ke kamar mandi.

     Hari ini aku ingin sekali keluar mencoba hal yang dapat membuatku bahagia. Ku lihat ada gerombolan anak laki-laki di pos ronda komplek. Aku mendatangi mereka, ku harap aku bisa bergaul dengan mereka dan bisa bersenang-senang. Yang ku cari juga tak ku dapat di sini, awal berkenalan memang kami asik bercanda. Namun tak lama berubah menjadi sunyi, kami hanya bisa tidur-tiduran tanpa ada sepatah kata teruncap. Kami diam karena tak tau apa yang harus kami bicarakan lagi.

     Aku baru saja selesai makan malam, seperti biasa aku selalu diam di teras. Nenek memberitahuku di lapangan kelurahan ada pasar malam. Langsung saja ku ambil jaket dan kunci motor, segera ku laju motorku.

     Banyak orang bahagia di sini, mereka tertawa bahagia. Ada badut sulap, ada mandi bola, ada komedi putar dan wahana hiburan lainnya. Aku hanya berjalan melihat-lihat semua wahana. Aku ingin mencoba salah satu wahana yang ada tapi aku merasa tak pantas karena aku sudah terlalu dewasa aku malu.

     Ada bangku kosong di dekat kios pembelian tiket, aku duduk meluruskan kaki yang lelah berjalan mengelilingi seluruh wahana dari tadi. Tiba-tiba ada seorang duduk di sebelahku, ternyata dia bapak badut yang masih memakai kostum tanpa make up dan hidung merahnya.

"Mas kenapa murung? Maaf kalau kami gagal mas".

"Maaf untuk apa? Apa yang gagal?".

"Coba mas lihat orang-orang yang menjaga tiket dan menjaga komedi putar serta wahana lainnya. Kami semua adalah tim mas. Kami buat semua hiburan-hiburan itu dan akupun berdandan ala badut. Ini semata-mata bukan hanya untuk mencari nafkah. Tapi kami juga ingin menghibur seluruh pengunjung agar mereka semua senang karena itu tujuan mereka datang".

Aku hanya diam, pak badut beranjak dari tempat duduknya.

"Tinggal dulu ya mas beres-beres dulu, bentar lagi tengah malam kami mau istirahat biar bisa menghibur lagi besok".

"Monggo pak, silahkan". Aku lalu pergi ke pakiran mengambil motor lalu pulang.

     Nenek teriak-teriak dari bawah memberitahu kalau sarapan sudah siap. Aroma nasi goreng tercium sampai kamar mandi. Selesai mandi aku turun sarapan bersama nenek.

     Sarapan sudah, mandi sudah, seperti biasa tak ada kegiatan. Aku merasa kesepian, saat terasa sepi ingatanku tentang orangtuaku selalu muncul. Aku harus mencari hiburan agar tak selalu sedih.

     Aku ke luar dengan motor menghampiri salah satu temanku mengajaknya rental PS (Play Station). Tengah asik-asiknya kami bermain, pemilik rental PS datang dengan membawa TV dan PS baru. Dia memasangnya tepat di sebelahku, karena memang di sebalahku masih bisa untuk tiga sampai empat PS lagi.

"Ditambahin lagi ni pak?".

"Eh iya ni dek".

"Ditambah berapa pak".

"Ditambah tiga lagi, buat hiburan anak-anak. Abis kasihan dek kalau ada yang sampe antri. Kan mereka kesini ingin senang-senang. Eh malah harus nunggu pas PS penuh. Ya bapak tambahin tiga. Semoga cukup".

     Setelah main PS aku pulang mandi lalu makan, bersiap-siap untuk ke pasar malam. Sebenarnya tak ada yang aku lakukan di sana. Tapi melihat orang-orang tertawa dan gembira aku senang, dan setidaknya aku bisa melupakan masalahku saat berada dikeramaian. Kegiatan ini menjadi ritual rutin yang aku lakukan untuk mengusir sepi.

     Pagi ini listrik mati ntah karena apa, padahal tidak ada hujan. Yang jelas rasanya aku ingin marah karena kalau listrik mati aku tidak bisa rental PS. Ditambah nanti malam sudah tidak ada lagi pasar malam. Mungkin pasar malamnya sudah pindah di kelurahan lain, dan aku tak tahu dimana.

     Tak ada aktivitas yang aku lakukan, hanya duduk di loteng sambil merenung. Aku merenungkan ucapan bapak badut dan pemilik PS. Entah kenapa aku aku masih saja ingat ucapan mereka.

     Dari sini dapat ku lihat teman-teman nongkrong di pos ronda. Aku bersantai dan merenung dengan ditemani secangkir kopi.

"Ah kenapa aku baru sadar". kataku dalam hati.

     Ku ambil gitar di kamarku lalu aku lari turun kebawah. Sebelum keluar aku lihat ada dua galon air minum yang kosong, aku bawa semua ke pos ronda.

     Dengan suara gitar yang kumainkan dan galon yang dipukul-pukul menggunakan sandal, kami memainkan musik. Kami bernyanyi bersama, kami senang. Sampai matahari tepat di atas kepala, saatnya kami pulang.

     Selesai makan siang aku pergi ke kampung sebelah, aku beli bambu kering dan ku bawa pulang. Bambu kusulap menjadi layang-layang, aku membuatnya empat untuk teman-temanku juga.

     Aku bawa layang-layang itu ke pos ronda ku berikan ke teman yang sudah nongkrong dari tadi. Kami memainkan layang-layang bersama di tanah lapang. Hari mulai gelap sudah waktunya pulang.

     Selesai mandi dan makan aku keluar. Ku lihat temanku sudah ada di pos ronda. Ku ajak mereka ke rumahku untuk mengambil TV yang ada di kamar dan papan catur dibawa ke pos ronda. Aku membuat kopi agar kami bisa bergadang malam ini. Tadinya aku ingin bawa gitar tapi ini sudah malam bisa mengganggu tetangga yang istirahat. Apa yang telah aku lakukan hari ini sangat membuatku bahagia.

Minggu, 26 Januari 2014

Jangan Sedih, Mari Senang

     Ini hanya opiniku saja yang aku pelajari dari twitter dan buku. Aku hanya ingin kita menjalani hidup dengan senang. Tapi bukan berarti ga boleh sedih karena sedih itu manusiawi. Ini coba aku kutip dari orang yang aku suka cara berfikirnya. Jika kamu tak setuju dengan opiniku berarti benar semua orang tak sama cara berfikirnya dan aku harus terima itu, mungkin kita beda frekuensi.

     Opini ini yang aku pelajari dari dua orang hebat menurutku. Yang satu adalah Pidi Baiq sang imam besar Republik The Panas Dalam. Dan yang satu adalah Sujiwo Tejo presiden Republik Jancukers. Dan siapa aku? Aku adalah warga sipil dari tiga republik. Tiga republik itu adalah Republik Indonesia, Republik The Panas Dalam, dan Republik Jancukers. Lalu bagaimana aku mengenal mereka dan belajar dari mereka? Aku tak pernah bertemu mereka aku hanya belajar dari buku-buku mereka dan melalui cuitan di twitter mereka. Jika mau berkunjung silahkan cek di akun twitter @pidibaiq untuk imam besar The Panas Dalam dan @sudjiwotedjo untuk presiden Jancukers. Mari kita mulai.

     Kenapa kita harus hidup dengan senang?. "Karena kita dilahirkan oleh sebab orang tua yang bersenang-senang (Pidi Baiq)". Ya dari kutipan itu kita tahu kalo kita diciptakan di dunia oleh orang tua yang bersenang-senang jadi rugi kalau kita sedih di dunia ini. Lalu ada lagi "Karena kesenangan bukan dicari, melainkan diciptakan (Pidi Baiq)" disini aku beropini saja kenapa kesenangan bukan dicari, karena kita adalah tuan bagi diri kita sendiri. Kita sendiri yang menentukan apa mau sedih apa mau senang, mau marah atau menahannya bebas pilih mana. "Tetap riang dan gembira, kita sudah besar, jangan kalah sama anak TK (Pidi Baiq)" menurutku ini paling nyentil, Kenapa bisa paling nyentil?. Tidak kah kita sadar selama ini kita sering menyepelekan atau menganggap "anak kecil itu bisa apa?" . Anak kecil tak akan bisa lakukan apa yang kita lakukan dan selalu merasa lebih baik dari mereka dalam hal apapun. Nah sekarang kita bisa lihat anak TK mereka selalu bahagia riang gembira. Mungkin sesekali menangis tapi tak berlarut-larut dan mereka bisa kembali riang dalam sekejap, lalu bagaimana kita. Kadang kita sedih atau bahasa kerennya galau sampai berhari-hari bahkan tak jarang sampai menyiksa diri dengan tidak makan, kurang tidur, bahkan ada yang mabok. Lalu apakah kita masih lebih baik atau menang lawan anak TK dalam hal ini?.

     Tadi adalah sedikit penjelasan kenapa kita harus bahagia. Kita sebagai manusia wajar ada kalanya kita sedih dan senang. Bagaimana jika ada masalah lalu sedih, apakah salah?. Tidak salah, cuma sungguh disayangkan kalau sedih itu berkepanjangan. "Jika aku sedih, aku suka merasa gagal hidup di dunia ini (Pidi Baiq)" ayo kita manfaatkan hidup kita di dunia ini jangan sampai gagal.

    Nah sekarang bagaimana saat ada masalah yang otomatis membuat kita sedih. "Tetap tenang, karena cuma itu caranya untuk tetap tenang (Pidi Baiq)" caranya memang harus tetap tenang. Kembali lagi kamu adalah tuan bagi dirimu, apakah kamu bisa menahan dirimu untuk tetap tenang atau tidak itu semua terserah kamu. Kenapa harus tenang? "Tenang itu sumber ketentraman. Angsa yang tenang di permukaan, di bawah air kakinya sibuk mendayung (Pidi Baiq)". Jadi jika kamu bisa menguasai dirimu dan tenang maka kamu akan tentram karena masalah apa yang selama ini kamu anggap itu masalah, jika kamu menganggapnya tidak maka bukan masalah. Tapi jika kau tak tenang dan menganggap kebahagian itu dicari dan bisa kau temukan dengan mabok dll, itu hakmu karena kamu tuannya.

     Lalu apa yang membuatmu sedih? Apakah kamu sedih karena cinta? Ketahuilah "cinta tak butuh pengorbanan, saat kamu merasa berkorban untuk cinta, saat itu juga cintamu mulai pudar (sujiwo tejo)". Jika memang kita benar-benar cinta kita tak akan pernah merasa apa yang kita lakukan itu beban. Karena cinta lah yang tanpa sadar menyuruh kita melakukan itu semua dan kadang setelah kita melakukannya kita bisa menertawai diri kita sendiri kenapa kita bisa seperti itu. Tapi saat kita melakukan suatu hal dan bilang itu demi cinta maka itu bukan lagi cinta namun nafsu. Mislakan kita ngapel dan dijalan ke hujanan dan kau bilang kamu lakukan itu semua demi cinta. Itu bukan cinta tapi nafsu, karena sudah sewajarnya saat ngapel basah kehujanan. Jadi saat kamu berbuat apapun kamu anggap demi cinta itu bukan cinta, karena cinta menuntun jalannya sendiri. Begitu pula saat kamu putus dan kamu berbuat ini itu demi mendapatkan cintamu, apa benar itu cinta atau hanya nafsu. "Cinta itu takdir,menikah itu nasib. Kamu bisa berencana menikah dengan siapa, tapi kamu tak pernah tahu cintamu untuk siapa (sujiwo tejo)". Jika itu nafsu pasti bisa kamu kendalikan bagaimana jadinya terserah kamu karena kamu lah tuannya.

     Apakah kamu sedih karena masalah yang ada di dunia ini?. "Begitu kamu takut anak istrimu besok makan apa, artinya kamu sudah menyepelekan Tuhan (sujiwo tejo)" di situ di tulis anak istri bukan berarti quetos ini hanya untuk bapak-bapak sebagai kepala keluarga saja. Sama halnya dengan surga di telapak kaki ibu apa kita artikan surga itu berada di telapak kaki ibu, tidak kan?. Di situ saya artikan saat kita takut apa yang terjadi besok sama saja kita menyepelekan Tuhan. Misalkan bagaimana kalau besok ga bisa makan, jatuh sakit, jadi miskin, mati, atau apapun itu ketakutan dan prasangka buruk terhadap hari esok sama saja kita menyepelekan Tuhan. Bagi kita yang percaya atau mengimani Tuhan pasti tahu kalau Tuhan maha dari segala macam maha. Lalu apakah elok saat kita takut hari esok yang kita imani selama ini kalau Tuhan telah merencanakan semuanya.

     Seperti itulah opini yang aku dapat dan selama ini aku jalani. Yah sebagai manusia biasa wajar kalau sampai galau termasuk juga aku. Jadi saat aku khilaf semoga kamu mau mengingatkan begitu juga sebaliknya. Lalu bagaimana kamu setelah baca ini itu pilihanmu karena "Selalu Ada Pilihan (SBY)". Mari kita saling mengingatkan mulai sekarang jangan sedih, mari senang.

Kamis, 23 Januari 2014

Bencana, Siapa Yang Salah?

     Ini adalah cerpen pertamaku yang aku coba buat dengan sungguh-sungguh. Cerpenku ini terinspirasi dari bencana yang terjadi saat ini. Gunung Sinabung dan banjir dimana-mana. Kukira bencana yang sesungguhnya adalah meletusnya gunung Sinabung. Sedangkan banjir seperti di Manado, Jakarta, Semarang, Jepara, serta daerah-daerah lainnya termasuk daerahku Pati yang juga banjir adalah ulah dari manusianya sendiri. Di twitter sangat ramai sekali dibahas. Semua pihak saling menyalahkan, ku kira sudah bukan waktunya lagi untuk menyalahkan. Akhirnya aku mencoba membuat cerpen ini. Tepatnya mulai tanggal 23 Januari 2014 aku menulisnya.

      Bencana, Siapa Yang Salah?

     Kisah anak yang tinggal di kaki gunung, desa yang cukup jauh dari kota. Tinggal dalam rumah kecil yang terbuat dari kayu, rumah yang kuat dan nyaman untuk bertempat tinggal, hidup bahagia dengan kedua orang tuanya. Seperti anak remaja lainnya dia bersekolah dengan harapan kedua orang tuanya kelak dia menjadi orang hebat. Namun sudah beberapa hari  sang anak tak bersekolah karena hujan yang turun terus menerus dan membuat aktivitas warga desa terhenti. Semua berteduh dalam rumah dan berharap hujan segera reda agar dapat beraktivitas kembali seperti biasa.

     Saat pagi yang masih gelap dimana semua warga desa terlelap di atas ranjangnya masing-masing. Air kiriman dari gunung menerjang desa, menghancurkan apa saja yang dilewatinya. Semua rumah hancur, pemukiman dan ladang warga tergenang air seperti lautan. Sejauh mata memandang yang terlihat hanya air dan pohon besar yang terlihat hanya setengah bagian atasnya saja.

     Anak itu selamat, dia berada disalah satu pohon besar yang bagian atasnya tak terendam. Potongon papan kayu rumahnya lah yang menyelamatkannya, terapung terbawa arus dan terhenti di pohon itu. Bersyukurlah sang anak ketika melihat pohon memiliki buah yang banyak. Buah yang bisa untuk mengganjal rasa lapar pada perutnya, untuk menunggu hingga airnya surut. Agar sang anak bisa turun dan mencoba mencari keluarganya yang berharap masih hidup.

     Air sudah mulai surut, turunlah anak itu dari pohon. Dengan wajah sedih penuh harap, dia berteriak memanggil kedua orang tuanya "ayaaah,ibuuuu" seperti itu berulang-ulang. Terus berjalan menyusuri reruntuhan rumah dan sampah yang berserakan, membelah air yang masih setinggi lutut. Tak tau arah mana yang dituju, dia hanya mengikuti kemana kakinya melangkah dan terus berteriak. Semua hancur rata yang terlihat hanya air dan puing-puing rumah, hingga tak tau di sebelah mana bekas rumahnya. Mencari terus mencari bersama para relawan yang berdatangan dari berbagai daerah. Teriakan dan doa dalam hati yang tak pernah berhenti.

     Wajah sedih itu seketika berubah menjadi tangisan, air mata terus menetes sesaat setelah menghampiri para korban yang di evakuasi para relawan. Dia mendapati kedua orang tuanya sudah tak bernyawa. Sedih marah menjadi satu dalam hatinya, sedih karena kehilangan kedua orang tuanya dan marah siapa yang salah dan bertanggung jawab dalam bencana ini. Ingin di temuinya pemimpin daerah di kota, baginya pemimpinlah yang bertanggung jawab dalam hal ini.

     Sampailah dia di kota dengan menumpang rombongan relawan. Didatangilah rumah pemimpin daerah yang telah ditunjukan oleh relawan. Kemarahan yang ingin sekali di sampaikan kepada walikota. Bertemulah dia dengan walikota pemimpin daerah setempat.

"hay kau bapak pemimpin yang terhormat. Kenapa bisa bencana ini terjadi? tahukah kau pak walikota, kedua orang tuaku kini tiada. Lalu siapa yang salah dan bertanggung jawab dalam hal ini?." kata sang anak.

"anak muda maafkan aku, aku telah lalai dalam hal ini. Sesungguhnya sepenuhnya ini bukan salahku, ini ulah para penebang liar. Mereka menebang pohon-pohon di hutan, membuat hutan menjadi gundul. Pohon yang seharusnya dapat menyerap air kini habis ditebang. Aku sudah memperingatinya, bahkan menghukum mereka yang tertangkap. Tapi mereka sangatlah banyak dan sulit dibereskan." jawab sang walikota.

     Maralah anak itu kepada para penebang liar, kenapa mereka tega lakukan itu. Didatangilah alamat penebang liar yang diberikan oleh pak walikota. Marah-marahlah sang anak pada sang penebang hutan.

"hay kau penebang liar yang tak bertanggung jawab. Kenapa kau tega menebang hutan hingga gundul. Dan kini terjadi bencana banjir bandang yang menghancurkan desaku merenggut kedua nyawa orang tuaku. Lalu siapa yang salah dan bertanggung jawab dalam hal ini?." kata sang anak.

"hay anak muda maafkan aku yang telah menebang hutan. Tapi kami lakukan ini karena kami disuruh pengusaha. Kami terpaksa melakukan ini karena kami butuh uang untuk menafkahi keluarga kami, kayu yang kami tebang kami berikan ke pengusaha itu. Pengusaha itu memberi kami upah atas apa yang telah kami kerjakan." jawab para penebang.

     Pergilah sang anak ketempat pengusaha untuk meminta penjelasan. Dengan nada keras marahlah sang anak kepada pengusaha itu.

"hay kau bapak pengusaha, kenapa kau ambil pohon dihutan. Kau suruh para penebang dan kau beri upah, lalu kau bawa kayunya. Tahukah bapak karna pohon yang bapak ambil hutan kini gundul. Karena hutan gundul bencana banjir bandang yang mengahncurkan desaku serta merenggut nyawa orang tuaku. Lalu siapa yang salah dan bertanggung jawab dalam hal ini?." kata sang anak.

"hay anak muda maafkanlah aku, aku olah pohon yang aku ambil dari hutan itu. Aku olah dipabrik sehingga menjadi kertas, dan dibuat menjadi buku dimanfaatkan untuk anak-anak belajar agar kelak bisa menjadi orang hebat. Aku bawa kayu itu ke pengrajin, dibuatlah potongan-potongan kayu oleh mereka agar bisa dimanfaatkan untuk membuat rumah yang kokoh dan nyaman oleh warga desa yang membangun rumah. Maafkan aku anak muda." jawab sang pengusaha.

     Sang anak pergi dia menggerutu dia bingung siapa yang pantas disalahkan sedangkan dia juga memanfaatkan kertas untuk sekolah serta potongan kayu untuk rumahnya yang kini hancur. Kembalilah dia ke hutan, karena dia bingung ingin kemana. Orang tua kini tiada, sanak saudara pun tak punya. Hanya celana kolor yang digunakanlah yang dimilikinya saat ini

     Hiduplah dia di hutan di bawah pohon yang besar dia tinggal. Pohon yang daunnya sangat lebat melindunginya dari sinar matahari di siang hari. Pohon yang sangat banyak buahnya, dimakanlah buah itu untuk mengganjal lapar. Hari menjelang malam, angin yang berhembus membuatnya kedinginan. Diambilah daun dari pohon itu, dengan ranting-ranting kecil di anyamnya daun itu menjadi baju agar tubuhnya tak lagi kedinginan. Saat tiba waktunya tidur dia bingung karena tubuhnya akan kotor oleh tanah. Diambilnya lagi daun dan ranting di anyamnya menjadi sebuah alas untuk tidur. Karena daun mudah kering, baju dan alas tidur itu harus ganti dua hari sekali. Begitulah seterusnya daun dan buah dari pohon di manfaatkannya untuk bertahan hidup.

     Hari demi hari telah berlalu tak terasa sudah berbulan-bulan aktivitas itu dilakukannya. Dimanfaatkannya daun dan buah dari pohon itu. Dia senang dia kenyang tak merasa kedinginan. Matahari tepat diatas kepala, sang anak mencoba untuk tidur siang di bawah pohon. Sinar matahari menyengat ke tubuh si anak melalui celah daun pada pohon. Sang anak marah karena tidur siangnya terganggu. Anakpun bangun lalu marah-marah kenapa cahaya matahari ini bisa menyengat tubuhnya padahal dia sudah berteduh di bawah pohon. Dia menoleh ke atas, dilihatnya sinar matahari melalui celah-celah pada pohon yang daunnya kini tak selebat dulu.

     Sang anak hanya bisa menunduk setelah mengetahuinya. Dia sadar pohon yang dulu lebat sangat nyaman untuknya berlindung dari sinar matahari kala siang hari. Kini sudah tidak lagi karena daunnya yg lebat berkurang sehingga muncul celah-celah untuk masuknya sinar matahari. Anak sadar itu adalah ulahnya sendiri, dia memanfaatkan daun dari pohon untuk dibuatnya baju agar tak kedinginan dan dibuatnya alas agar tak kotor saat tidur. Karena terlalu menikmati hasilnya dia lupa kalau apa yang dilakukannya akan menimbulkan masalah di waktu yang akan datang. Daun dia ambil, buah dia makan semua lama-kelamaan akan habis tak bersisa. Tak mungkin jika dia menyalahkan dirinya sendiri, karena jika itu dilakukan tak akan ada untungnya.

     Kini dia sadar apa yang dilakukannya selama ini, hanya marah-marah mencoba mencari akar masalah bukannya mencari solusi. Menyalahkan apa yang dianggapnya salah hingga lupa bagaimana cara menyelesaikan semua masalah. Dia mencoba mencari solusi dengan cara menanam pohon lagi yang banyak sebelum daun dan buah di pohon itu habis. Sehingga kelak saat pohon yang sekarang tak lagi berdaun dan tak ada lagi buah, pohon yang ditanamnya sudah tumbuh besar dan dapat dinikmati hasilnya.

Selasa, 21 Januari 2014

Aneka Warga Twitter

     Sejak tahun lalu, sekitar akhir 2012 aku mulai suka dengan dunia twitter. Yang perlahan menyikirkan FB sebagai situs sosmed yang aku suka. Padahal aku join ke twiter pertengahan 2010 namun baru menyukainya sekarang. Awalnya aku berfikir orang di twitter aneh,gimana bisa sosmed yang karakter terbatas dan untuk bersosialisasi pun terbuka harus saling montion untuk terhubung. Dengan 140 karakter kadang pesan yang disampaikanpun susah tersampaikan dengan jelas, belom lagi terpakai untuk username twitter yang aku montion. Lebih enak sms kan atau facebook, menurutku waktu itu.

     Tapi kini aku menemukan yang asik dari twitter, dimana akun-akun twitter banyak sekali orang terkenal, orang hebat, orang pintar, yang jelas mereka orang yang ahli dalam bidangnya yang suka sekali berbagi ilmu mereka. Dalam karakter terbatas inilah saat orang yang hebat pada pakarnya ini melakukan kultwit kalo ga salah kepanjangan dari kuliah twitter. Jadi mereka membagi ilmu itu dengan twit-twit yang bersambung. Ada pula yang memberi nomor urut agar para folower tak ke bingungan. Kalau orang yang suka berbagi ilmu disini yang aku ikuti kebanyakan para seniman, ahli kesehatan, ahli politik, pelawak, sastrawan, filsuf, dll. Orang-orang seperti merekalah yang bikin aku betah di twitter. Saling share pengetahuan, saling diskusi, dan bertanya jawab. Jadi agak disayangkan kalau twitter hanya digunakan untuk ngetwit dengan orang yang kita bisa temui atau berkomunikasi setiap hari. Tapi ya namanya media sosial ga salah juga di pakai buat seperti itu. Karena tujuan media sosial untuk bersilaturahmi.

     Selain ada pakar yang suka berbagi ilmu tadi aku juga menemui warga twitter yang suka dengan twitwar kalo ga salah kepanjangan dari twitter warrior. twitwar ini sukanya saling debat saling hina saling nyinyir. Untuk hal ini iman saya masih kuat supaya tidak terjerumus. Selain tak ada untungnya juga dapat merusak hati, karena bisa jadi pembenci dan pendedam membuat hati menjadi busuk. Twitwar pun terjadi berbagai golongan dengan beraneka ragam modus di dalamannya.

- Golongan twitwar sepak bola.
Ini golongan asik sebenarnya jika saja dilakukan untuk iseng untuk bercanda. banyak sekali twitwar sepak bola yang buat seru-seruan dan mengahdirkan tawa. Tapi di twit para twitter yang terlalu fanatik atau suka menyebut diri sebagai fans sejati terjadi twitwar saling hina dengan hewan sedunia pun bisa bermunculam di TL (time line).

- Golongan twitwar politik.
Nah ini golongan yang mengerikan karena ada sebagian dari akun-akun ini terdapat modus politik. Misal menjatuhkan lawan politik atau sekedar provokasi untuk menyerang lawan dan menebar kebencian. Jangan kaget pula jika yang awalnya kau kira putih ternyata hitam, atau yang awalnya hitam ternyata putih. Dunia politik dunia penuh sandiwara semua berakting bak aktor dan aktris holywood.

-Golongan twitwar organisasi/komunitas.
Ini semacam twitwar yang bila di dunia nyata semacam tawuran. Mereka seakan mewakili komunitas masing-masing dengan tujuan twitwar hanya ingin pengakuan lawan kalo mereka yang terhebat, terkuat atau paling benar.

     Dan masih banyak golongan twitwar lainnya yang turut meramaikan dunia twitter. Yang jelas semua di lakukan hanya mencari kepuasaan saja. Mungkin saja saat menang twitwar yang mereka rasakan seperti menang lotre.

     Selain itu ada juga bagian warga twitter masuk katagori apa namanya aku pun bingung ingin menamainya. Namun banyak sekali warga twitter seperti ini. Apakah mungkin mereka sedang bemasalah atau memang sangat butuh motivasi. Jadi TLnya penuh dengat retweet-an akun-akun motivasi hidup dan motivasi cinta. Jujur aku juga pernah nge RT namun tak terlalu over. Yah berdoa saja mungkin dengan baca twit motivasi mereka dapat suntikan motivasi jadi lebih baik.

     Kalau warga twitter yang seperti ini termasuk orang lucu. Mereka suka sekali me RT twit-twit ramalan bintang. Hampir tiap hari ramalan bintangnya di RT. Seolah-olah pesan yang aku tangkap dari TL nya dia termasuk orang yang percaya dengan ramalan bintang. Sekarang di logika saja, bintang ada 12 dengan milyaran umat manusia di bumi ini. Akun ramalan bintang di Indonesia banyak sekali, follower akun ramalan ada yang hingga jutaan follower. Mari ambil akun yang punya ratusan ribu saja, ambil sebagai contoh misal 120 ribu. Akun follower 120 ribu dibagi 12 bintang, rata-rata dari follower akun ramalan bintang ini terdapat 10 ribu follower untuk satu bintang. Mungkin tak perlu ilmu seperti mama loren untuk meramal, bahkan aku atau kamu pun bisa melakukannya.

  Contoh saja kita twit ngasal kalo tipe bintang A itu agak pemalu tapi asik kalau dah kenal. Keuangan bintang A lagi mengahwatirkan jangan boros ya sisain untuk ditabung. Percintaan bintang A sedang merindukan seseorang yang sangat jauh.

     percaya ga dari simple di atas dengan follower yang berbintang A yang berjumlah 10 ribu akun, akan ada ribuan akun yang sama seperti ramalam yang aku buat atau sekiranya nyerempet dikit-dikit. Kalau aku sih yakin ada, kamupun bisa melakukannya menjadi admin akun ramalan bintang. Asal ramalan yang kau tulis yang baik-baik tidak memberi ramalan buruk, atau memberi pesan untuk berhati-hati dalam percintaan, keuangan atau karier maka follower yang percaya ramalan akan senang me-RT twet yang kita buat.

     Ada juga warga kuter kepanjangan dari kuis hunter. Jadi akun-akun ini memburu hadiah dari akun yang suka memberi kuis. Aku pun sering ikut ini karena menyenangkan. Selain seru juga banyak hadiah macam-macam, mulai dari pulsa, buku, baju, gadget, tiket liburan/konser, uang tunai dll. Ngeselinnya akun kuter yaitu nyepamnya, jika kamu jadi followernya maka jangan kaget jika TL mu akan penuh dengan cuitannya.

     Demikianlah warga dari dunia twitter yang aku temui, mungkin bisa saja aku akan menemui warga lainnya yang akan lebih seru. Jika ada yang salah dari tulisanku di atas harus dimaklumi ya, namanya juga opini orang ngelindur. Aku ingin membuat warga twitter dengan tipe sendiri. Kamu yang pernah maen twitter pasti tau kan kalau TL pasti banyak sekali twit-twit doa, mari kita jadi warga twitter yang suka meng aamiinkan doa baik me-RT atau hanya dalam hati. Yang jelas harus doa yang baik-baik. Apa kamu tertarik?, mari kita mulai :) .

Senin, 20 Januari 2014

Wong Bejo Kok Dilawan

     Musim hujan selalu bikin ngantuk, mengajakku untuk ngelindur ke blog ini. Kita pasti sering denger "Orang pinter kalahnya sama wong bejo" kurang lebih seperti itulah. Bahkan dapat kita temui salah satu slogan dalam iklan di televisi. Kata yang unik menurutku, karena aku sebagai orang yang kurang pinter berharap jadi orang bejo. Andai ada cara atau les untuk jadi orang bejo pasti aku mau ikut. Tapi kalau memang ada artinya itu belajar, setelah belajar artinya jadi bisa atau jadi pintar bukan bejo. Sedangkan bejo keberuntungan yang tidak di duga-duga, mungkin seperti itu lah mungkin arti bejo.

     Kembali lagi ke "Orang pinter kalahnya sama wong bejo". Jujur pertama kali denger kata-kata itu aku mikir dan berbicara pada diriku "ah apa iya" "ah apa betul". Gimana bisa orang pinter kalah ama orang bejo, orang pinter pasti bisa namanya juga pinter. Kalau orang bejo kan belom tentu pinter atau ga perlu pinter pasti ga selalu bejo terus. Ada saatnya dia akan kalah, aku selalu berfikir seperti itu. Tapi semua berubah setelah melihat film kartun sponge bob.

     kamu tahu kan kartun Sponge Bob setidaknya pernah sekali atau dua kali menontonnya. Banyak sekali karakter yang ada dalam kartun itu, apa kau punya karakter favorit?. Kalu karakter favoritku Patrick Star, kenapa aku suka dia mungkin disebabkan saat aku melihatnya aku seperti bercermin. Aku melihat diriku yang kurang pintar ada di dirinya. Tapi bukan ini yang akan kita bahas, mari kembali ketema "Orang pinter kalahnya sama wong bejo". Lalu apa hubungannya tema kita dengan kartun sponge bob?. Sebagai pecinta kartun Sponge Bob aku suka sekali menontonnya, padahal episodenya diputar berulang-ulang tapi aku tetap suka. Dalam kartun Sponge Bob banyak sekali karakter yang berbeda-beda dan lucu.

     Di karakter Sponge Bob inilah ada kesamaan dengan tema kita. Karakter sponge bob yang akan aku bahas disini yang berhubungan dengan tema adalah Tuan Krab dan Plankton. Kamu yang pernah nonton pasti tak asing dengan karakter itu sebagai musuh bebuyutan abadi. Tuan Krab adalah bos Sponge Bob yang terkenal pelit. Sedangkan Plankton adalah musuh Tuan Krab yang jahat tapi pintar bahkan sangan jenius. Mari kita lihat gambar ilustrasiku yang aku dapat dari google ini.



     Gambar di atas adalah Plankton. Lihatlah betapa jeniusnya dia dengan berbagai macam penemuannya untuk melancarkan aksinnya. Dan kamu pasti tahukan masih banyak lagi penemuan Plankton yang ada di film. Lihat juga dia berkali-kali memanfaatkan uang yang dia pun tahu itu kelemahan Tuan Krab. Kau lihat juga gambar terakhir, tau kan siapa dia?. Dia adalah istri Plankton yang terbuat komputer, aku kurang tau kenapa istrinya komputer. Apa karna dia ciptaannya yang terhebat atau karna Plankton jomblo yang ga laku. Kita tunggu saja mungkin akan ada episode penjelasannya.







     Nah kalau ini Tuan Krab yang tak ada banyak hal yang perlu di terangkan. Intinya dia adalah orang pelit yang bejo. Kenapa bisa bejo?. Yang suka nonton Sponge Bob pasti tau jawabannya. "Orang pinter kalahnya sama wong bejo" inilah yang ingin aku bahas. Yang masalahku dari awal yang berfikir tak selamanya orang bejo itu bejo. Akhirnya aku menemukan jawabannya, mungkin yang dimaksud "wong bejo" itu terdapat pada karakter Tuan Krab. Ini terbukti dalam kartun Sponge Bob dimana setiap episode yang menampilkan Tuan Krab vs Plankton hasilnya akan seperti gambar dibawah ini.




     Semua cara sudah dilakukan oleh Plankton, dengan kejeniusannya diciptakan alat sedimikian rupa. Dengan berbagai macam modus namun tetap saja semua sia-sia yang tak akan bisa mengalahkan Tuan Krab. Bagaimana mau ngalahin orang Tuan Krab itu ya wong bejo,kalo sampe kalah jadi Tuan krab ya bukan wong bejo. Namanya bejo ya bejo mana mungkin wong bejo kalah, kalau kalah itu artinya "bukan" wong bejo. "Wong bejo kok dilawan".

     Aku yakin pasti ada orang yang bener-bener pantas disebut sebagai wong bejo. Atau mungkin aku, atau malah kamu. Itu bisa saja terjadi, namun jika tidak sangatlah penting untuk menjadi pintar. Pintar adalah salah satu bekal kita menjadi orang hebat dan siapa tahu bejo sesekali mampir di kita. Maka mari bersiap-siap mulai dari sekarang kita cari bekal ke pintaran dan berdua agar bejo menghampiri kita. Siapa tahu malah sehabis baca ini kamu jadi wong bejo sesungguhnya, yah kalaupun tidak semoga aku dan kamu juga pernah ngerasain bejo kalo bisa sih sering-sering. HIDUP BEJO :D .

Jumat, 17 Januari 2014

Perokok dan Bukan Perokok Sama Boros

     Saat ini musim hujan, dan dimana-mana banjir. Bukan cuma di Nusantara ini, tapi banjir juga terjadi di luar negri. Aku tahu di luar negri banjir bukan berarti aku pernah kesana, tapi aku tahu melalui berita digital yang aku baca dari gadgetku. Hanya cukup menggerakan jempol sudah bisa mengetahui apa yang terjadi diseluruh dunia. Sebelum melanjutkan membaca tulisan ini alangkah baiknya kita mendoakan agar mereka diberi kesabaran dan tak ada korban jiwa.

     Di luar yang dingin karena hujan membuatku ingin menulis. Ini blog baruku, sebenarnya aku sudah ada blog berhubung blognya acak-acakan tidak jelas entah seperti apa bentuknya. Akhirnya ku putuskan untuk buat blog baru yang pasti blog ini akan lebih berantakan dari blog-blog sebelumnya. Tapi kamu harus maklum karena sesuai judul blog aku menulisnya sambil ngelindur. Okelah masuk pembahasan, dimulai dari "NOL" ya pak.

     Sekarang jamannya sosmed sebutan sosial media. Aku yakin kamu pasti juga punya akun salah satu akun sosial media, entah itu Facebook, twitter, bloger atau yang lainnya. Atau jangan-jangan punya dua, tiga atau mungkin semua. Para user FB atau blog pasti banyak menemui cerita-cerita lucu. Dari sekian banyak cerita lucu yang ada. Ada satu cerita yang buatku tertawa sekaligus berfikir. Mungkin kamu juga pernah membacanya, kurang lebih ceritanya seperti ini :

Ada dua orang di halte yang tengah menunggu bis atau angkot, yang satu perokok yang satu tidak. Sang perokok yang sedang merokok menawari rokok ke pria yang tidak merokok tadi. Hingga terjadilah dialog diantara mereka.

P   : Perokok yang masih muda.
B  : Bukan Perokok separuh baya.

P  : Mau rokok Pak?
B  : Tidak merokok mas, terima kasih.
P  : Oh ya sudah pak.
B  : Mas merokok habis berapa mas sehari?
P  : yah ga tentu, sekitar sebungkus lah.
B  : emang rokok sebungkus harganya berapa?
P  : sebungkus 12 ribu rupiah pak.
B  : coba mas bayangkan, mas merokok 1 bungkus sehari. 1 tahun ada 365 hari. Jadi mas dalam 1 tahun menghabiskan uang 12ribu x 365 = 4.380.000 rupiah mas.
P  : .... (diam)
B  : Itu 1 tahun mas, kalo 20 tahun mas merokok menghabiskan uang 4.380.000 x 20 = 87.600.000 rupiah mas.
P  : .... (diam)
B  : Woow ...!! (dengan muka senang seakan menang lotre), dalam 20 tahun duit merokok mas bisa membeli mobil.
P  : Terus mobil bapak mana???.
B  : .................. (diam)

     Dari cerita di atas menurutku sangat lucu ini bukan karena aku juga perokok, tapi bayangkan saja si bapak yang menjelaskan panjang lebar langsung di skak match. Dari kelucuan yang aku dapat, juga memaksaku untuk berfikir. Coba lihat penjelasan si bapak tadi itu sangat masuk akal sekali dengan uang yang kita hamburkan itu bisa ngumpul banyak seandainya kita tabung. Terus kenapa yang tidak merokok tidak seperti apa yang di perhitungkan si bapak.

     Disinilah hasil opiniku saat ngelindur dan aku tulis disini. Ternyata rokok bukan hanya berefek boros bagi perokok namun yang tidak merokokpun terkena imbasnya. Disini bukan membahas dari segi kesehatan tapi dari segi keuangan. Tapi pada nyatanya banyak perokok ataupun tidak yang kaya, begitupun sebaliknya banyak perokok ataupun tidak yang hidupnya pas-pasan. Yang aku bahas yang pas-pasan,jadi gimana bisa dengan penghasilan sama atau tak jauh beda tapi tetep boros padahal bukan perokok. Sebagai mahkluk sosial pasti kita harus atau mau tak mau harus bersosialisasi. Dari sosialisasi itu bertemu berbagai macam orang dari yang baik, jahat, ramah, keras, perokok, bukan perokok, dll.

     Opini ini hasil dari kehidupanku sendiri jadi kalo opini kamu berbeda ya wajar kehidupan kita kan berbeda. Sekarang kenapa bisa ya!. ya saat nongkrong atau kegiatan ngumpul bersama teman selalu kejumpai salah satu atau sebagian teman yang tidak merokok. Baik teman nongkrong, sekolah, atau teman rumah. Misal temanku yang tak merokok tadi kita sebut saja namanya Budi. Tempat favorit aku sebagai perokok pastilah warung kopi. Jadi mau tak mau si Budipun ikut nongkrong, tapi bisa saja dia ga ikut kalo dia ingin disebut pemberontak. Saat nongkrong pastilah aku dan teman-teman memesan kopi termasuk si budi. Ya yang namanya nongkrong pasti ngobrol ngalur ngidul sambil ngerokok. Disinilah hebatnya perokok saat sedang merokok jarang sekali ingin makan-makan atau nyemil apalagi saat asik ngobrol. Bahkan hampir semua perokok saat nongkrong andai disuruh memilih makanan atau pilih rokok, 98% perokok lebih milih rokok. Karena saat ngobrol atau nongkrong akan hambar rasanya tanpa rokok bagi perokok. Nongkrong 2-3 jam rata-rata atau normalnya perokok menghabiskan 3-4 batang. Jadi saat nongkrong hanya menghabiskan  4 x 1.000 =  4.000 untuk rokok ditambah 1.500 untuk kopi, yah 5.500 untuk perokok. Sekarang bagaimana nasib yang tidak merokok?, atau temen saya yang kita sebut si budi tadi. Ya namanya nongkrong dari pengalamanku tipe kayak si budi ini suka jajan untuk pengganti rokok. Misalkan pengalamanku yang suka nongkrong di warkop yang menjual aneka makanan. Ada mie ayam, nasi kucing, nasi goreng, dll. Teman saya si budi suka memesan makanan, kami perokok saat sudah memegang rokok lebih kuat iman saat melihat makanan jadi ga kepengen. Jadi berapa yang harus dikeluarkan yang bukan perokok atau si Budi?, mie ayam / makanan  5.000 ditambah gorangan / kerupuk 1.000 sekali makan 6.000 . Saat melajutkan ngobrol sering sekali sambil nyemil gorengan / kerupuk 1.000 jadi jumlah 7.000 belum lagi kopi / minuman yang dipesan 1.500 . total yang dihabiskan 8.500 rupiah. Bandingkan perokok 5.500 rupiah dan bukan perokok 8.500 rupiah.

     Padahal yang aku jelaskan tadi adalah nongkrong di warkop yang bisa di kategorikan irit kantong. Bagaimana seandainya nongkrong di tempat yang lebih berkelas sedikit. Seperti pengalamanku saja, nongkrong di cafe kecil terbuka yang membolehkan merokok. Sebenarnya yang aku pesan sama kopi namun karena tempatnya cafe yang bersih harganya berbeda jadi 3.000 . perokok sedikit beruntung karena rokok tetap harga normal karena sudah bawa sendiri, jadi total nongkong habis minuman ditambah rokok 4 batang total 7.000 rupiah bagi perokok. Nah sekarang bagaimana nasib si Budi atau bukan perokok tadi. Meski yang di pesan sama namun harga sangat lah berbeda jauh. Oke mari kita hitung, dia memesan mie / makanan kalau dalam cafe kecil pengalaman satu porsi rata-rata 10.000 itu menu biasa ditambah krupuk harga tetep sama 1.000 cuma namanya cafe isinya agak sedikit. Jadi 11.000 sekali makan ditambah krupuk 1.000 buat ngobrol dan minumannya 3.000 habislah 15.000 si Budi. Bandingkan 7.000 rupiah untuk perokok dan 15.000 rupiah bagi si Budi atau bukan perokok. Padahal itu hanya cafe kecil bagaimana dengan tempat nongkrong yang lebih berkelas lagi? bisa dibayangkan bukan!. Itulah kenapa temen saya si Budi atau yang bukan perokok saat budget tipis agak susah kalo di ajak nongkrong ke warkop atau tempat-tempat makanan. Apalagi kalo budget hanya cukup untuk minuman, si Budi lebih memilih untuk pulang dengan berbagai alasan. Sedangkan perokok walau budget hanya untuk kopi nongkrong tenang rokok bisa minta atau dikasih. Bahkan tanpa budget kopipun bisa joinan dan rokok dikasih. Nah bagaimana si Budi? minta rokok ga mungkin karena bukan perokok, apalagi ampe minta dibayarin makan dan minuman pastilah si Budi malu atau tak enak hati.

     Demikian lah "opini" tentang kenapa perokok dan bukan perokok tetep boros. Yah maaf kalo salah atau ngaco namanya juga opini apalagi sambil ngelindur. Jadi bagi yang bukan perokok ingin kayak seperti apa yang bapak-bapak bilang dalam cerita. Kuatkanlah imanmu lebih-lebih kalau bisa tidak keluar rumah, ataupun kalau keluar rumah pas ada perlunya. Bisa diprediksi kamu akan punya mobil dalam 20 tahun ke depan. Tapi ingat jangan sombong ya, nanti kalau jalan-jalan aku ikut. :)