Minggu, 26 Januari 2014

Jangan Sedih, Mari Senang

     Ini hanya opiniku saja yang aku pelajari dari twitter dan buku. Aku hanya ingin kita menjalani hidup dengan senang. Tapi bukan berarti ga boleh sedih karena sedih itu manusiawi. Ini coba aku kutip dari orang yang aku suka cara berfikirnya. Jika kamu tak setuju dengan opiniku berarti benar semua orang tak sama cara berfikirnya dan aku harus terima itu, mungkin kita beda frekuensi.

     Opini ini yang aku pelajari dari dua orang hebat menurutku. Yang satu adalah Pidi Baiq sang imam besar Republik The Panas Dalam. Dan yang satu adalah Sujiwo Tejo presiden Republik Jancukers. Dan siapa aku? Aku adalah warga sipil dari tiga republik. Tiga republik itu adalah Republik Indonesia, Republik The Panas Dalam, dan Republik Jancukers. Lalu bagaimana aku mengenal mereka dan belajar dari mereka? Aku tak pernah bertemu mereka aku hanya belajar dari buku-buku mereka dan melalui cuitan di twitter mereka. Jika mau berkunjung silahkan cek di akun twitter @pidibaiq untuk imam besar The Panas Dalam dan @sudjiwotedjo untuk presiden Jancukers. Mari kita mulai.

     Kenapa kita harus hidup dengan senang?. "Karena kita dilahirkan oleh sebab orang tua yang bersenang-senang (Pidi Baiq)". Ya dari kutipan itu kita tahu kalo kita diciptakan di dunia oleh orang tua yang bersenang-senang jadi rugi kalau kita sedih di dunia ini. Lalu ada lagi "Karena kesenangan bukan dicari, melainkan diciptakan (Pidi Baiq)" disini aku beropini saja kenapa kesenangan bukan dicari, karena kita adalah tuan bagi diri kita sendiri. Kita sendiri yang menentukan apa mau sedih apa mau senang, mau marah atau menahannya bebas pilih mana. "Tetap riang dan gembira, kita sudah besar, jangan kalah sama anak TK (Pidi Baiq)" menurutku ini paling nyentil, Kenapa bisa paling nyentil?. Tidak kah kita sadar selama ini kita sering menyepelekan atau menganggap "anak kecil itu bisa apa?" . Anak kecil tak akan bisa lakukan apa yang kita lakukan dan selalu merasa lebih baik dari mereka dalam hal apapun. Nah sekarang kita bisa lihat anak TK mereka selalu bahagia riang gembira. Mungkin sesekali menangis tapi tak berlarut-larut dan mereka bisa kembali riang dalam sekejap, lalu bagaimana kita. Kadang kita sedih atau bahasa kerennya galau sampai berhari-hari bahkan tak jarang sampai menyiksa diri dengan tidak makan, kurang tidur, bahkan ada yang mabok. Lalu apakah kita masih lebih baik atau menang lawan anak TK dalam hal ini?.

     Tadi adalah sedikit penjelasan kenapa kita harus bahagia. Kita sebagai manusia wajar ada kalanya kita sedih dan senang. Bagaimana jika ada masalah lalu sedih, apakah salah?. Tidak salah, cuma sungguh disayangkan kalau sedih itu berkepanjangan. "Jika aku sedih, aku suka merasa gagal hidup di dunia ini (Pidi Baiq)" ayo kita manfaatkan hidup kita di dunia ini jangan sampai gagal.

    Nah sekarang bagaimana saat ada masalah yang otomatis membuat kita sedih. "Tetap tenang, karena cuma itu caranya untuk tetap tenang (Pidi Baiq)" caranya memang harus tetap tenang. Kembali lagi kamu adalah tuan bagi dirimu, apakah kamu bisa menahan dirimu untuk tetap tenang atau tidak itu semua terserah kamu. Kenapa harus tenang? "Tenang itu sumber ketentraman. Angsa yang tenang di permukaan, di bawah air kakinya sibuk mendayung (Pidi Baiq)". Jadi jika kamu bisa menguasai dirimu dan tenang maka kamu akan tentram karena masalah apa yang selama ini kamu anggap itu masalah, jika kamu menganggapnya tidak maka bukan masalah. Tapi jika kau tak tenang dan menganggap kebahagian itu dicari dan bisa kau temukan dengan mabok dll, itu hakmu karena kamu tuannya.

     Lalu apa yang membuatmu sedih? Apakah kamu sedih karena cinta? Ketahuilah "cinta tak butuh pengorbanan, saat kamu merasa berkorban untuk cinta, saat itu juga cintamu mulai pudar (sujiwo tejo)". Jika memang kita benar-benar cinta kita tak akan pernah merasa apa yang kita lakukan itu beban. Karena cinta lah yang tanpa sadar menyuruh kita melakukan itu semua dan kadang setelah kita melakukannya kita bisa menertawai diri kita sendiri kenapa kita bisa seperti itu. Tapi saat kita melakukan suatu hal dan bilang itu demi cinta maka itu bukan lagi cinta namun nafsu. Mislakan kita ngapel dan dijalan ke hujanan dan kau bilang kamu lakukan itu semua demi cinta. Itu bukan cinta tapi nafsu, karena sudah sewajarnya saat ngapel basah kehujanan. Jadi saat kamu berbuat apapun kamu anggap demi cinta itu bukan cinta, karena cinta menuntun jalannya sendiri. Begitu pula saat kamu putus dan kamu berbuat ini itu demi mendapatkan cintamu, apa benar itu cinta atau hanya nafsu. "Cinta itu takdir,menikah itu nasib. Kamu bisa berencana menikah dengan siapa, tapi kamu tak pernah tahu cintamu untuk siapa (sujiwo tejo)". Jika itu nafsu pasti bisa kamu kendalikan bagaimana jadinya terserah kamu karena kamu lah tuannya.

     Apakah kamu sedih karena masalah yang ada di dunia ini?. "Begitu kamu takut anak istrimu besok makan apa, artinya kamu sudah menyepelekan Tuhan (sujiwo tejo)" di situ di tulis anak istri bukan berarti quetos ini hanya untuk bapak-bapak sebagai kepala keluarga saja. Sama halnya dengan surga di telapak kaki ibu apa kita artikan surga itu berada di telapak kaki ibu, tidak kan?. Di situ saya artikan saat kita takut apa yang terjadi besok sama saja kita menyepelekan Tuhan. Misalkan bagaimana kalau besok ga bisa makan, jatuh sakit, jadi miskin, mati, atau apapun itu ketakutan dan prasangka buruk terhadap hari esok sama saja kita menyepelekan Tuhan. Bagi kita yang percaya atau mengimani Tuhan pasti tahu kalau Tuhan maha dari segala macam maha. Lalu apakah elok saat kita takut hari esok yang kita imani selama ini kalau Tuhan telah merencanakan semuanya.

     Seperti itulah opini yang aku dapat dan selama ini aku jalani. Yah sebagai manusia biasa wajar kalau sampai galau termasuk juga aku. Jadi saat aku khilaf semoga kamu mau mengingatkan begitu juga sebaliknya. Lalu bagaimana kamu setelah baca ini itu pilihanmu karena "Selalu Ada Pilihan (SBY)". Mari kita saling mengingatkan mulai sekarang jangan sedih, mari senang.

1 komentar: