Beberapa bulan yang lalu orangtuaku bertengkar hebat. Suara pecahan piring dan gebrakan meja terdengar berulang kali. Aku hanya diam di kamarku, seolah-olah aku tak mendengar semuanya. Semua merasa benar dan menganggap salah satu sama lain. Aku berdoa agar kata maaf terucap dari mulut salah satunya. Sesekali aku mengintip dari lubang kunci, tamparan dan pukulan tangan dilayangkan bergantian.
Satu minggu kemudian orangtuaku bercerai, ayahku pergi keluar kota karena urusan pekerjaan dan mamaku pergi ke rumah kakaknya yang ada di Kalimantan. Aku tak tahu apa mereka akan kembali ke rumah ini atau melupakan apa yang ada di sini untuk melupakan apa yang telah terjadi.
Sekarang aku tinggal di rumah nenekku. Nenek yang membawaku untuk tinggal bersamanya. Dia adalah ibu dari ayah yang telah lama menjanda. Jadi kami hanya tinggal berdua disini.
Satu minggu sudah aku tak keluar dari rumah. Waktuku lebih banyak ku habiskan berdiam diri di kamar untuk merenungi kesepian tanpa adanya orangtua. Sesekali keluar kamar untuk makan dan ke kamar mandi.
Hari ini aku ingin sekali keluar mencoba hal yang dapat membuatku bahagia. Ku lihat ada gerombolan anak laki-laki di pos ronda komplek. Aku mendatangi mereka, ku harap aku bisa bergaul dengan mereka dan bisa bersenang-senang. Yang ku cari juga tak ku dapat di sini, awal berkenalan memang kami asik bercanda. Namun tak lama berubah menjadi sunyi, kami hanya bisa tidur-tiduran tanpa ada sepatah kata teruncap. Kami diam karena tak tau apa yang harus kami bicarakan lagi.
Aku baru saja selesai makan malam, seperti biasa aku selalu diam di teras. Nenek memberitahuku di lapangan kelurahan ada pasar malam. Langsung saja ku ambil jaket dan kunci motor, segera ku laju motorku.
Banyak orang bahagia di sini, mereka tertawa bahagia. Ada badut sulap, ada mandi bola, ada komedi putar dan wahana hiburan lainnya. Aku hanya berjalan melihat-lihat semua wahana. Aku ingin mencoba salah satu wahana yang ada tapi aku merasa tak pantas karena aku sudah terlalu dewasa aku malu.
Ada bangku kosong di dekat kios pembelian tiket, aku duduk meluruskan kaki yang lelah berjalan mengelilingi seluruh wahana dari tadi. Tiba-tiba ada seorang duduk di sebelahku, ternyata dia bapak badut yang masih memakai kostum tanpa make up dan hidung merahnya.
"Mas kenapa murung? Maaf kalau kami gagal mas".
"Maaf untuk apa? Apa yang gagal?".
"Coba mas lihat orang-orang yang menjaga tiket dan menjaga komedi putar serta wahana lainnya. Kami semua adalah tim mas. Kami buat semua hiburan-hiburan itu dan akupun berdandan ala badut. Ini semata-mata bukan hanya untuk mencari nafkah. Tapi kami juga ingin menghibur seluruh pengunjung agar mereka semua senang karena itu tujuan mereka datang".
Aku hanya diam, pak badut beranjak dari tempat duduknya.
"Tinggal dulu ya mas beres-beres dulu, bentar lagi tengah malam kami mau istirahat biar bisa menghibur lagi besok".
"Monggo pak, silahkan". Aku lalu pergi ke pakiran mengambil motor lalu pulang.
Nenek teriak-teriak dari bawah memberitahu kalau sarapan sudah siap. Aroma nasi goreng tercium sampai kamar mandi. Selesai mandi aku turun sarapan bersama nenek.
Sarapan sudah, mandi sudah, seperti biasa tak ada kegiatan. Aku merasa kesepian, saat terasa sepi ingatanku tentang orangtuaku selalu muncul. Aku harus mencari hiburan agar tak selalu sedih.
Aku ke luar dengan motor menghampiri salah satu temanku mengajaknya rental PS (Play Station). Tengah asik-asiknya kami bermain, pemilik rental PS datang dengan membawa TV dan PS baru. Dia memasangnya tepat di sebelahku, karena memang di sebalahku masih bisa untuk tiga sampai empat PS lagi.
"Ditambahin lagi ni pak?".
"Eh iya ni dek".
"Ditambah berapa pak".
"Ditambah tiga lagi, buat hiburan anak-anak. Abis kasihan dek kalau ada yang sampe antri. Kan mereka kesini ingin senang-senang. Eh malah harus nunggu pas PS penuh. Ya bapak tambahin tiga. Semoga cukup".
Setelah main PS aku pulang mandi lalu makan, bersiap-siap untuk ke pasar malam. Sebenarnya tak ada yang aku lakukan di sana. Tapi melihat orang-orang tertawa dan gembira aku senang, dan setidaknya aku bisa melupakan masalahku saat berada dikeramaian. Kegiatan ini menjadi ritual rutin yang aku lakukan untuk mengusir sepi.
Pagi ini listrik mati ntah karena apa, padahal tidak ada hujan. Yang jelas rasanya aku ingin marah karena kalau listrik mati aku tidak bisa rental PS. Ditambah nanti malam sudah tidak ada lagi pasar malam. Mungkin pasar malamnya sudah pindah di kelurahan lain, dan aku tak tahu dimana.
Tak ada aktivitas yang aku lakukan, hanya duduk di loteng sambil merenung. Aku merenungkan ucapan bapak badut dan pemilik PS. Entah kenapa aku aku masih saja ingat ucapan mereka.
Dari sini dapat ku lihat teman-teman nongkrong di pos ronda. Aku bersantai dan merenung dengan ditemani secangkir kopi.
"Ah kenapa aku baru sadar". kataku dalam hati.
Ku ambil gitar di kamarku lalu aku lari turun kebawah. Sebelum keluar aku lihat ada dua galon air minum yang kosong, aku bawa semua ke pos ronda.
Dengan suara gitar yang kumainkan dan galon yang dipukul-pukul menggunakan sandal, kami memainkan musik. Kami bernyanyi bersama, kami senang. Sampai matahari tepat di atas kepala, saatnya kami pulang.
Selesai makan siang aku pergi ke kampung sebelah, aku beli bambu kering dan ku bawa pulang. Bambu kusulap menjadi layang-layang, aku membuatnya empat untuk teman-temanku juga.
Aku bawa layang-layang itu ke pos ronda ku berikan ke teman yang sudah nongkrong dari tadi. Kami memainkan layang-layang bersama di tanah lapang. Hari mulai gelap sudah waktunya pulang.
Selesai mandi dan makan aku keluar. Ku lihat temanku sudah ada di pos ronda. Ku ajak mereka ke rumahku untuk mengambil TV yang ada di kamar dan papan catur dibawa ke pos ronda. Aku membuat kopi agar kami bisa bergadang malam ini. Tadinya aku ingin bawa gitar tapi ini sudah malam bisa mengganggu tetangga yang istirahat. Apa yang telah aku lakukan hari ini sangat membuatku bahagia.