BERKELANA DALAM DOA
Aku ingin selalu belajar sampai akhir hayat, termasuk belajar menyukai hidupku.
Sabtu, 29 Desember 2018
Aku Dan HPku
Kamis, 29 November 2018
Aku Dan Kebingunganku Pada Gerakan Sosial
Internet cukup banyak membantu saya beberapa tahun ini. Terutama membantu menghabiskan waktu yang berjalan melambat. Terhubung dengan internet, menggunakan media sosial lalu bersenang-senang di dalamnya. Saya bisa menyapa orang yang mungkin tak bisa lagi saya kunjungi dan menemukan orang yang tak pernah saya temui. Walau 10 tahun yang lalu sempat membantu saudara menjaga warnet. Namun tak pernah menyangka saya akan menghabiskan banyak waktu di internet setelah tidak lagi menjadi operator warnet.
Kadang merasa cukup miris dengan keadaan sekarang, tetapi saya mencoba membuatnya tidak terlalu tragis. Banyaknya waktu yang ada saya manfaatkan mencari tahu yang dulunya tidak pernah saya tahu atau mungkin saya tidak pernah berpikir akan mencari tahu. Dengan menggunakan media sosial terutama twitter, saya mengikuti orang-orang yang bermanfaat bagi saya. Tak terkecuali akun pribadi para aktivis.
Gerakan para aktivis kadang membuat saya terkagum-kagum. Bagaimana bisa mereka memikirkan hal lain atau nasib orang lain, sampai mengabaikan kehidupan pribadinya. Walau banyak isu ada aktivis bayaran, saya selalu mencoba mengabaikan hal itu supaya bisa menerima pesan dari gerakan yang mereka lakukan. Namun ada beberapa gerakan yang membuat saya harus kelahi dengan diri sendiri.
Seharusnya saya tidak perlu pusing memikirkannya karena saya bukan orang yang memiliki masa atau tokoh berpengaruh yang suara dan sikapnya dibutuhkan. Tapi semakin banyak tahu serta mencoba merasakan membuat saya termenung dan bertanya. "Di mana seharusnya posisi saya?" Misalnya seperti 3 gerakan sosial berikut.
1. Perkebunan Kelapa Sawit Dan Kebutuhan Hidupku
Hutan |
Gerakan menolak perkebunan kelapa sawit sudah begitu banyak karena perkebunan kelapa sawit tersebar di mana-mana. bahkan tak hanya melibatkan warga setempat tetapi juga mengundang gerakan para aktivis. Alasan yang disampaikan jelas dan terasa mengerikan walau saya tak terkena langsung dampaknya.
Misalnya untuk membuka lahan kelapa sawit dilakukan dengan membakar hutan. Selain asap dari pembakaran yang menyusahkan warga sekitar, hutan yang gundul bisa menyebabkan banjir dan tanah longsor. Hutan yang sudah rusak pun akan membuat para hewan kehilangan rumahnya.
Setelah perkebunan sawit jadi dampak lain pun ikut menyusul. Lagi-lagi yang menjadi korban adalah warga sekitar. Perkebunan kelapa sawit ternyata menyerap air tanah yang cukup banyak dan memberikan ancaman kekeringan.
Dari sekian banyak dampak yang terjadi tentu mudah untuk saya mengambil sikap. Namun di sisi lain kehidupan yang saya jalani masih tidak bisa lepas dari mengonsumsi kelapa sawit. Seperti pasta gigi, sabun, sampo, kue, dan lain-lain. Sikap saya jelas ingin menolak tapi hidup saya membutuhkan.
2. Pabrik Semen Dan Tempat Tinggalku
Sawah |
Gerakan menolak pabrik semen sangat ramai diberitakan media. Perjuangan mereka sempat viral karena melakukan gerakan jalan dari tempat tinggalnya untuk menemui Gubernur Ganjar Pranowo. Perjuangan pun berlanjut hingga menyemen kaki di depan Istana Presiden sampai ada salah satu nyawa yang gugur saat melakukan aksi.
Alasan perjuangan menolak pabrik semen karena tidak ingin lahan sawah mereka menjadi tanah yang tidak lagi bisa ditanami akibat limbah semen. Sebagai orang yang tinggal satu kota dengan mereka walau tidak dekat sekaligus lahir dari keluarga petani saya cukup mengerti yang diperjuangkan. Namun saya juga salah satu orang yang menikmati manfaat semen. Tidur nyaman tanpa terkena angin malam dan tidak khawatir diintip dari luar karena tak ada celah seperti dinding bambu.
3. Budaya Dan Aku
Pixabay |
Jaman sudah sangat maju semua tampak modern dan keren. Pelan-pelan budaya juga mulai tersisih karena di anggap tertinggal. Mulai dari pakaian, adat istiadat, bangunan, dan tak terkecuali bahasa. Sekarang mulai banyak portal media masa menulis yang menyediakan wadah untuk menulis artikel Jawa. Dengan alasan "Ben ra ilang Jawane."
Nyatanya memang saat ini media sosial dan internet lebih banyak diisi oleh bahasa Indonesia. Ada juga yang mengisi akun mereka dengan berbahasa Inggris karena sekalian membiasakan diri belajar berbahasa internasional yang sudah menjadi salah satu syarat di dunia kerja. Pelafalan bahasa Jawa untuk bahasa Jawa krama jarang digunakan dan mulai terlupakan oleh generasi sekarang.
Entah lah, harus sedih, marah atau bagaimana? Karena saya sendiri salah satu orang di generasi ini yang tidak mampu berbahasa Jawa krama. Komunikasi sehari-hari dengan orang tua pun lebih menggunakan bahasa Jawa ngoko. Saat kecil juga tidak mewajibkan diri sendiri untuk belajar bahasa Jawa krama karena lingkungan sekitar saya jarang menggunakannya. Hanya bisa beberapa kata untuk digunakan ketika bertemu orang asing agar terkesan terlihat sopan.
Minggu, 25 Februari 2018
Pahlawan Penyelamat Waktuku Itu Bernama Energen
Sawah |
Hamparan tanah luas penuh tumbuhan hijau dan langit biru yang memanjakan mata menjadi alasan petani adalah salah satu pekerjaan yang menyenangkan. Dan semakin menyenangkan sebab tak perlu buang-buang waktu di jalan karena macet dan terhindar dari polusi udara. Namun di balik semua hal yang menyenangkan itu bertani tempatnya di sawah. Sawah yang tanpa atap membuat petani harus mengejar waktu. Mungkin memang sudah sewajarnya jika bertani harus siap kepanasan pada siang hari dan begitu pun saat hujan harus siap kehujanan. Namun jika bisa mengerjakannya lebih cepat pastilah lebih baik. Menyelesaikan semuanya sebelum jam 12 siang menjadi sebuah tantangan.
Menyiapkan Benih Padi |
Setelah panen raya saat musim hujan maka langsung mulai menanam kembali. Berangkat pagi-pagi agar bisa selesai sebelum siang ternyata ada satu hambatan yaitu sarapan. Menunggu belanja ke pasar lalu memasaknya terlebih dahulu membutuhkan banyak waktu. Sedangkan sarapan adalah hal penting yang tak boleh dilewatkan. Seperti yang pernah dikatakan Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Hardinsyah "Sarapan sebelum jam 9 penting, sebagai sumber energi, stamina dan kekuatan agar otak dapat berfungsi dengan baik.”
Ingin menunggu memasak namun keburu siang dan mulai panas. Ingin melewatkannya tapi butuh energi karena berjalan dengan kondisi tanah yang berair dan habis ditraktor membutuhkan tenaga lebih besar dibanding berjalan di tanah biasa. Belum lagi saat menanam benih padi badan harus merunduk 90° yang membuat cepat lelah. Badan lelah tak ada energi bikin kantuk alih-alih ingin kerja lebih cepat yang ada menjadi semakin lama karena bermalas-malasan dan hasilnya akan berantakan. Misalnya benih yang ditanam tak rapi atau terlalu dekat akan membuat kesulitan jalan saat mengompres atau menyiangi sawah sehingga rawan terinjak.
Baru Ditanam |
Kewajiban sarapan namun tak membuang-buang waktu menjadi alasan untuk mencari yang instan. Meski begitu tak harus asal pilih yang instan namun juga harus yang memenuhi gizi. Bukan hal sulit mencari yang instan dan bergizi karena sudah pasti Energen menjadi pilihan yang tepat. Mengandung karbohidrat, paduan vitamin, mineral dan protein yang dibutuhkan tubuh menjadikan Energen layak disebut sebagai menu sarapan sehat. Membuatnya pun sangat mudah cukup dituang air panas lalu diaduk sebuah minum makanan bergizi sudah siap untuk dikonsumsi.
Sarapan Energen |
Energi yang didapat dari Energen mampu menghilangkan lapar dan kantuk sehingga tidak mengganggu konsentrasi dan menghasilkan benih yang ditanam menjadi rapi. Membuatnya yang mudah mampu menghemat banyak waktu sehingga bisa selesai sebelum siang hari. Pekerjaan yang selesai tepat waktu tak hanya terhindar dari panas namun juga bisa dipakai untuk istirahat dan sore harinya punya banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarga.
Jika sebuah prestasi dilihat dari piala dan penghargaan tentu petani tak masuk di dalamnya. Namun bertani tepat waktu, istirahat cukup, dan banyak waktu luang bersama keluarga menjadi prestasi diri petani. Hasil usaha yang mampu dicapai dengan Energen tentunya. Bersama Energen bertani semakin menyenangkan.
Pahlawan |
Kamis, 15 Februari 2018
Banyak Pohon Bambu Mengelilingi Desa, Inilah Fungsinya
Sempat berpikir untuk apa pohon bambu itu? Jika memang tumbuhan liar kenapa tidak ditebang saja. Selain terlihat lebih cerah juga tak perlu lagi capek-capek membersihkan daun bambu kering yang jatuh dan jumlahnya sangat banyak setiap hari. Jika sengaja ditanam kenapa saat butuh bambu buat dinding rumah orang-orang harus beli. Bahkan ada yang menjual gedek (dinding bambu) sudah dianyam siap pakai. Pemandangan penjual bambu utuh dan gedek selalu menghiasi jalanan dekat pasar yang sampai menutup jalan rumah nenek. Beroperasi dari jam tiga subuh sampai jam lima.
Bukan mendapat sebuah jawaban saat kecil malah dikasih mitos oleh orang tua. Jika bermain di sana nanti ketemu setan, mitos ini juga didukung oleh suara decitan bambu yang bergesek kadang-kadang terdengar tanpa ada angin. Suara itu mirip saat sedang duduk di lincak (kursi panjang dari bambu). Setidaknya mitos itu cukup mampu membuat anak-anak tidak main di area pohon bambu karena memang banyak ranting bambu yang tajam berserakan tertutup daun bambu yang kering.
Setelah hampir 20 tahun akhirnya tahu apa fungsi bambu sebenarnya. Jika Game Of Thrones ada the wall untuk menahan white walker maka pohon bambu di desa adalah dinding untuk menahan serangan angin. Sebuah jawaban yang didapat dari pembuktian diri sendiri.
Berawal dari tahun 2015 yang menempati rumah baru yang ada di pinggir desa atau perbatasan dengan desa lain. Berada di perbatasan secara tidak langsung keluar dari pohon-pohon bambu dan hanya dikelilingi sawah.
Depan Rumah |
Depan rumah tampak sawah dan desa tetangga yang dikelilingi bambu.
Kiri rumah |
Kiri rumah tampak sawah dan desa tetangga yang lain.
Kanan rumah |
Kanan rumah tampak sawah yang ditanami tebu dan desa sendiri yang dikelilingi bambu.
Belakang rumah |
Belakang rumah tampak sawah dan desa sendiri
Dengan letak rumah yang dikelilingi sawah setiap hari merasakan embusan angin yang langsung masuk ke dalam rumah. Bagi orang yang biasa ke sawah pasti tahu bagaimana angin di sawah. Untuk yang belum tahu bisa melihat video yang saya unggah.
Link video |
Link video |
Link video |
Selasa, 13 Februari 2018
Saat Suara Tidak Didengar Jangan Diam
Setiap orang pasti menyimpan pengetahuan baik dari apa yang dilihat, didengar, dipelajari, bahkan ditemukan. Tapi tidak semua orang bisa berbagi apa yang ditahu. Jangankan untuk berbagi bahkan sangat banyak orang yang suaranya tak didengar atau diremehkan. Bisa terjadi karena seseorang tersebut bukan siapa-siapa di lingkungannya. Keberadaannya yang kurang diakui memaksa seseorang lebih memilih diam dan mengendapkan semua informasi di otaknya sendiri. Lalu menggunakannya untuk diri sendiri ketika diperlukan.
Tapi ternyata tidak semua orang langsung memilih diam begitu saja. Rasa ingin berbagi yang terlalu besar atau merasa informasi yang dipunya itu sangat penting mendorong seseorang mencari cara lain. Sebuah cara ketika suara tak didengar maka disampaikan dalam tulisan. Saat metode menulis ditemukan dimulailah zaman sejarah di mana semua informasi apa yang terjadi di masa lalu dapat dipelajari. Dan apa yang terjadi saat ini akan menjadi catatan sejarah di masa yang akan datang. Namun nenek moyang kita pada zaman prasejarah atau nirleka di mana tulisan belum dikenal juga bisa ditemui informasinya melalui apa yang mereka buat. Seperti pahatan pada dinding gua atau batu yang menggambarkan kehidupan pada masa itu. Namun semua itu cukup sulit karena harus menafsirkan. Berbeda dengan tulisan di mana cukup mudah dipelajari dengan membacanya.
Di Indonesia sendiri ada tokoh yang menjadi pahlawan berkat tulisannya. Yang membuat namanya menjadi harum hingga saat ini dan saat yang akan datang. Suatu buah pikiran hasil dari membaca surat kabar, majalah, dan buku-buku menghasilkan karya tulis tentang emansipasi wanita dan juga masalah sosial umum. Buah pemikiran R.A Kartini pada zamannya mungkin tak didengar karena pada masa itu wanita hanya dianggap “konco wingking” alias teman pelengkap yang posisinya di belakang. Namun R.A Kartini tidak diam, beliau menuangkan isi pikirannya ke dalam surat dan dikirimkan pada teman-teman korespondensi di Belanda. Hasil tulisan R.A Kartini menginspirasi kaum wanita hingga saat ini.
Kartini Masa Kini |
Menulis sendiri sudah melalui banyak media. Mulai dari batu, kulit rotan, sabar, kertas, dan sekarang sudah memasuki media digital. Banyak prediksi media digital akan membuat perlahan media kertas akan ditinggalkan. Tanda-tanda itu memang kian tampak. Selain gadget media digital seperti smart phone, laptop, dan sejenisnya yang hampir semua orang punya. Juga mulai banyaknya surat kabar atau majalah yang mulai meninggalkan media cetak dan mengalihkan fokus ke media digital untuk pelanggannya. Bahkan hal ini juga terjadi di Indonesia. Entah harus sedih atau senang, karena saat meninggalkan media cetak ke media digital itu sudah turut serta menyelamatkan hutan. Karena bahan utama kertas adalah dari serat kayu. Tapi ini juga berdampak kepada pekerjaan lain yang mulai terancam seperti kios surat kabar, loper koran, atau pedagang nasi bungkus.
Memasuki zaman era digital sekarang menuliskan informasi menjadi sangat mudah. Bahkan orang yang di dunia nyatanya bukanlah siapa-siapa atau pemalu sekalipun bisa melakukannya. Bermodalkan akun media sosial yang dimilikinya orang bisa menulis informasi apa saja yang diperolah. Termasuk informasi kalau sedang melakukan perjalanan cukup membuat status “OTW dulu gaes.”
Walau sekarang sangat mudah menyampaikan sebuah informasi namun lagi-lagi ada kendala informasi itu bisa tersebar luas. Misalnya saat akun media sosial lebih sering digunakan membuat status hal remeh temeh maka saat akun tersebut membagikan status berisi informasi penting daftar teman akan melewati begitu saja tanpa membaca saat muncul di berandanya. Atau kendala lain saat dari seluruh daftar teman akun media sosial ternyata tak ada yang memiliki minat membaca saat melihat status terlalu panjang.
Dan dari kendala yang ada sebuah media jurnalisme warga adalah solusi. Di mana semua orang bisa menyalurkan gagasan, aspirasi atau berbagi informasi. Salah satu portal berita Online yang menawarkan layanan ini adalah IDN Times. Media yang memiliki 20 juta lebih pembaca setiap bulannya tersebut menjadi wadah yang tepat untuk berbagi. IDN Times yang mempunyai 1,6 juta lebih pengikut di FB, 1,5 juta lebih pengikut di instagram, 389 ribu lebih pengikut di twitter, dan 10 ribu lebih pengguna aplikasi IDN Times dari play store menjadi sebuah modal meyakinkan bagi para warga net untuk membagikan tulisannya.
Berbeda dengan akun media sosial pribadi, akun media sosial milik IDN Times memiliki pengikut yang bukan bertujuan pertemanan tapi mengikuti akun IDN Times adalah ingin membaca berita dan informasi. Jadi di IDN Times penulis tak perlu lagi repot-repot mencari pembaca melainkan pembaca yang sudah menunggu berita dan tulisan hiburan yang disajikan IDN Times. Platform media jurnalisme warga dari IDN Times sendiri bernama IDN Times Community mengusung slogan “The Voice of Millennials and Gen Z.” Dengan memberikan kesempatan pada generasi millennial dan generasi z akan melahirkan karya hiburan sesuai dengan generasinya. Selaras dengan misi IDN Times yang menjadi perusahaan berita dan hiburan bagi generasi millennial dan generasi z.
IDN Times Community |
Sebuah program yang bagus mengingat pengguna terbesar internet saat ini adalah dua generasi itu. Berbekal rasa ingin tahu yang tinggi dan dapat menjalankan perangkat teknologi membuat kebebasan berselancar tanpa batas. Namun karena konten yang bebas diakses bahkan walau pemerintah sudah melakukan tindakan internet sehat pun masih bisa diakali yang terkadang membawa ke konten yang tak seharusnya dikonsumsi. Akhirnya cara melarang juga tidak cukup tapi dengan mengajak dan menyediakan wadah yang aman bagi mereka itu perlu dilakukan. IDN Times Community memberikan alternatif itu.
Menerima tulisan hasil karya generasi millennial dan generasi z. Lalu menyeleksinya dengan baik mana tulisan yang layak untuk dibaca. Keseriusan memberikan hiburan untuk generasi millennial dan generasi z sangat nyata. Dengan dilakukannya hal ini secara tidak langsung IDN Times Community sudah turut serta menyiapkan generasi millennial dan generasi z belajar membuat konten yang bagus. Yang mungkin ilmu ini juga akan diterapkan di media sosial pribadi. Dan bukan tidak mungkin banyaknya tulisan bagus dan positif yang dibagikan kelak bakal meredam penyebaran konten negatif atau bahkan berita hoax.
Semangat Menulis di era digital |
Tak cukup menyediakan wadah sebagai media hiburan dan media menulis bagi generasi millennial dan generasi z. IDN Times Community juga memberikan imbalan uang dari setiap tulisan yang diterbitkan. Sebuah penghargaan sekaligus motivasi lebih bagi para kontributor agar memberikan yang terbaik dan lebih produktif.
Jumat, 19 Januari 2018
Takhta Kosong Peninggalan Si Tua
Bocah Renyah |
Tepat pada tahun 2010 lalu, kami kedatangan anggota keluarga baru. Kehadirannya disambut hangat oleh kami
semua. Karena dia pertama dan satu-satunya. Mencoba berkenalan bergiliran agar mengenal lebih dekat dan menumbuhkan rasa sayang. Sesungguhnya kedatangannya bukan tanpa alasan. Misi utamanya datang adalah membantuku memudahkan dalam menuntut ilmu.
Tiba saat di mana misi yang diembannya selesai, namun tugasnya belum berakhir. Keberadaannya dalam keluarga kecil kami kian vital. Terlebih saat si Ammaar anggota keluarga baru kami yang mulai bergabung sejak 2014 mulai mengerti betapa asyik main bersamanya.
Demi mendapat senyum dan kepuasan, kami mengeksploitasinya. Ini terjadi setiap hari dan perlahan membuatnya kehilangan kegagahannya. Tombol keyboard yang sebagian mati, batrai yang boros, loading melambat, suara yang pecah dan sampai tiba saat di mana akhir tahun 2017 lalu sempat terjadi cuaca ekstrim. Hujan disertai angin kencang membuat genteng rumah kami sedikit terangakat, air hijanpun masuk begitu saja. Semua barang seisi rumah basah, tak terkecuali dia si laptop tua. Seluruh tubuhnya yang basah, layarnya yang berembun, dan tombol power yang keras mengiringi kepergiannya.
ASUS X555QG |
Kandang Ayam Petelur |
Makan Nasi Uduk |
Nonton Lagu Anak(tukang bakso) |
Aksi Ultraman |
Ngeblog |
Jumat, 14 Agustus 2015
Belajar Cinta Dari Politikus
Pada tahun 2014 Indonesia tengah menikmati pesta demokrasi pemilu anggota DPR sekaligus Pilpres. Sangat disayangkan para pendukung saling tengkar serta terbelah karenanya. Itupun masih terasa sampai saat ini di media sosial.
Ketika berkampanye para calon mulai menebar kata-kata manis. Menyampaikan visi misinya dengan menyebar janji-janji hingga mangklaim diri paling bersih dan paling jujur. Saat sudah terpilih satu persatu pendukung pun kecewa saat pilihannya tak menepati janji atau tertangkap KPK. Rasa kecewa sebab mudah percaya apa yang dikatakan dan terlalu berharap. Konon politikus sendiri bingung kenapa orang-orang percaya apa yang dikatakan karena dirinya sendiri tak percaya apa yang telah dikatakan.
Begitu pun cinta, di era internet terutama media sosial saat ini serta acara-acara telivisi menyatakan cinta adahal biasa. Orang tak malu lagi mengatakan cinta setiap saat bahkan di depan umum. Melontarkan gombalan-gombalan yang diri sendiri pun sebenarnya tak tahu apa artinya karena hanya meniru yang ada dari media sosial. Karena menyatakan cinta sudah biasa tak sedikit orang yang hanya iseng untuk mengucapkannya tanpa ada rasa. Seperti quote yang sedang populer "Kalau dia bisa nulis 'wkwk' tanpa tertawa, berarti dia juga bisa nulis 'I love you' tanpa mencintaimu". Nyatanya memang sekarang berbohong itu ringan tanpa beban mudah lagi, termasuk testimoni saya sendiri. Apa lagi banyaknya joke yang membully jomblo akhirnya banyak prinsip "yang penting gak jomblo" walau tak mencintai.
Karena banyak yang sudah muak dengan kata-kata politikus akhirnya banyak pemilih yang mencoba mencari track record para calon. Karena tindakan yang dilakukan lebih menjajikan dan meyakinkan.
Mungkin itu yang harus dipraktekan dalam mencari cinta. Sayangnya kata-kata itu memang manis bikin ngefly dan manis itu enak ngefly bikin lupa diri. Namun saya banyak melihat di dunia nyata mau pun medsos orang mengeluh merasa tak ada yang cinta dengannya termasuk keluarga dan orang sekitar, salah satunya saudara saya sendiri. Kalau memang rasa yang timbul akibat galau atau kesepian alias khilaf masih manusiawi. Namun kalau merasa seperti itu setiap saat sepertinya tidak mungkin. Atau mungkin cinta yang dibutuhkan adalah ucapan sedangkan tak semua orang menyatakan cinta dengan ucapan melainkan dengan tindakan. Sayangnya perlu hal besar baru menyebutnya cinta, misal mati karena melindunginya, nganterin nasi goreng malam pas hujan lebat plus banjit. Hingga melewatkan hal-hal kecil yang dilakukan orang sekitar atas dasar cinta.
Sebagai penutup saya mengambil kata legendaris. "Dari dulu begitulah cinta deritanya tiada akhir" Cu Pat Kai.