Rasa ingin berbagi dalam diri seseorang itu sangat besar. Ketika mendapat informasi yang terlihat penting atau bagus maka ada rasa ingin berbagai kepada yang lain. Apa lagi jika info yang dipunya adalah hasil temuan atau pembuktiannya sendiri. Rasa ingin berbagi inilah salah satu faktor kenapa sekarang banyak hal viral dengan cepat di media sosial.
Setiap orang pasti menyimpan pengetahuan baik dari apa yang dilihat, didengar, dipelajari, bahkan ditemukan. Tapi tidak semua orang bisa berbagi apa yang ditahu. Jangankan untuk berbagi bahkan sangat banyak orang yang suaranya tak didengar atau diremehkan. Bisa terjadi karena seseorang tersebut bukan siapa-siapa di lingkungannya. Keberadaannya yang kurang diakui memaksa seseorang lebih memilih diam dan mengendapkan semua informasi di otaknya sendiri. Lalu menggunakannya untuk diri sendiri ketika diperlukan.
Tapi ternyata tidak semua orang langsung memilih diam begitu saja. Rasa ingin berbagi yang terlalu besar atau merasa informasi yang dipunya itu sangat penting mendorong seseorang mencari cara lain. Sebuah cara ketika suara tak didengar maka disampaikan dalam tulisan. Saat metode menulis ditemukan dimulailah zaman sejarah di mana semua informasi apa yang terjadi di masa lalu dapat dipelajari. Dan apa yang terjadi saat ini akan menjadi catatan sejarah di masa yang akan datang. Namun nenek moyang kita pada zaman prasejarah atau nirleka di mana tulisan belum dikenal juga bisa ditemui informasinya melalui apa yang mereka buat. Seperti pahatan pada dinding gua atau batu yang menggambarkan kehidupan pada masa itu. Namun semua itu cukup sulit karena harus menafsirkan. Berbeda dengan tulisan di mana cukup mudah dipelajari dengan membacanya.
Zaman Batu
Di Indonesia sendiri ada tokoh yang menjadi pahlawan berkat tulisannya. Yang membuat namanya menjadi harum hingga saat ini dan saat yang akan datang. Suatu buah pikiran hasil dari membaca surat kabar, majalah, dan buku-buku menghasilkan karya tulis tentang emansipasi wanita dan juga masalah sosial umum. Buah pemikiran R.A Kartini pada zamannya mungkin tak didengar karena pada masa itu wanita hanya dianggap “konco wingking” alias teman pelengkap yang posisinya di belakang. Namun R.A Kartini tidak diam, beliau menuangkan isi pikirannya ke dalam surat dan dikirimkan pada teman-teman korespondensi di Belanda. Hasil tulisan R.A Kartini menginspirasi kaum wanita hingga saat ini.
|
Kartini Masa Kini |
Menulis sendiri sudah melalui banyak media. Mulai dari batu, kulit rotan, sabar, kertas, dan sekarang sudah memasuki media digital. Banyak prediksi media digital akan membuat perlahan media kertas akan ditinggalkan. Tanda-tanda itu memang kian tampak. Selain gadget media digital seperti smart phone, laptop, dan sejenisnya yang hampir semua orang punya. Juga mulai banyaknya surat kabar atau majalah yang mulai meninggalkan media cetak dan mengalihkan fokus ke media digital untuk pelanggannya. Bahkan hal ini juga terjadi di Indonesia. Entah harus sedih atau senang, karena saat meninggalkan media cetak ke media digital itu sudah turut serta menyelamatkan hutan. Karena bahan utama kertas adalah dari serat kayu. Tapi ini juga berdampak kepada pekerjaan lain yang mulai terancam seperti kios surat kabar, loper koran, atau pedagang nasi bungkus.
Memasuki zaman era digital sekarang menuliskan informasi menjadi sangat mudah. Bahkan orang yang di dunia nyatanya bukanlah siapa-siapa atau pemalu sekalipun bisa melakukannya. Bermodalkan akun media sosial yang dimilikinya orang bisa menulis informasi apa saja yang diperolah. Termasuk informasi kalau sedang melakukan perjalanan cukup membuat status “OTW dulu gaes.”
Walau sekarang sangat mudah menyampaikan sebuah informasi namun lagi-lagi ada kendala informasi itu bisa tersebar luas. Misalnya saat akun media sosial lebih sering digunakan membuat status hal remeh temeh maka saat akun tersebut membagikan status berisi informasi penting daftar teman akan melewati begitu saja tanpa membaca saat muncul di berandanya. Atau kendala lain saat dari seluruh daftar teman akun media sosial ternyata tak ada yang memiliki minat membaca saat melihat status terlalu panjang.
Dan dari kendala yang ada sebuah media jurnalisme warga adalah solusi. Di mana semua orang bisa menyalurkan gagasan, aspirasi atau berbagi informasi. Salah satu portal berita Online yang menawarkan layanan ini adalah IDN Times. Media yang memiliki 20 juta lebih pembaca setiap bulannya tersebut menjadi wadah yang tepat untuk berbagi. IDN Times yang mempunyai 1,6 juta lebih pengikut di FB, 1,5 juta lebih pengikut di instagram, 389 ribu lebih pengikut di twitter, dan 10 ribu lebih pengguna aplikasi IDN Times dari play store menjadi sebuah modal meyakinkan bagi para warga net untuk membagikan tulisannya.
Berbeda dengan akun media sosial pribadi, akun media sosial milik IDN Times memiliki pengikut yang bukan bertujuan pertemanan tapi mengikuti akun IDN Times adalah ingin membaca berita dan informasi. Jadi di IDN Times penulis tak perlu lagi repot-repot mencari pembaca melainkan pembaca yang sudah menunggu berita dan tulisan hiburan yang disajikan IDN Times. Platform media jurnalisme warga dari IDN Times sendiri bernama IDN Times Community mengusung slogan “The Voice of Millennials and Gen Z.” Dengan memberikan kesempatan pada generasi millennial dan generasi z akan melahirkan karya hiburan sesuai dengan generasinya. Selaras dengan misi IDN Times yang menjadi perusahaan berita dan hiburan bagi generasi millennial dan generasi z.
|
IDN Times Community |
Sebuah program yang bagus mengingat pengguna terbesar internet saat ini adalah dua generasi itu. Berbekal rasa ingin tahu yang tinggi dan dapat menjalankan perangkat teknologi membuat kebebasan berselancar tanpa batas. Namun karena konten yang bebas diakses bahkan walau pemerintah sudah melakukan tindakan internet sehat pun masih bisa diakali yang terkadang membawa ke konten yang tak seharusnya dikonsumsi. Akhirnya cara melarang juga tidak cukup tapi dengan mengajak dan menyediakan wadah yang aman bagi mereka itu perlu dilakukan. IDN Times Community memberikan alternatif itu.
Menerima tulisan hasil karya generasi millennial dan generasi z. Lalu menyeleksinya dengan baik mana tulisan yang layak untuk dibaca. Keseriusan memberikan hiburan untuk generasi millennial dan generasi z sangat nyata. Dengan dilakukannya hal ini secara tidak langsung IDN Times Community sudah turut serta menyiapkan generasi millennial dan generasi z belajar membuat konten yang bagus. Yang mungkin ilmu ini juga akan diterapkan di media sosial pribadi. Dan bukan tidak mungkin banyaknya tulisan bagus dan positif yang dibagikan kelak bakal meredam penyebaran konten negatif atau bahkan berita hoax.
|
Semangat Menulis di era digital |
Tak cukup menyediakan wadah sebagai media hiburan dan media menulis bagi generasi millennial dan generasi z. IDN Times Community juga memberikan imbalan uang dari setiap tulisan yang diterbitkan. Sebuah penghargaan sekaligus motivasi lebih bagi para kontributor agar memberikan yang terbaik dan lebih produktif.